Tausyiah Habib Munzir Al Musawa : Puasa Ramadhan

قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
وقال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ، مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg berpuasa Ramadhan, dg Iman dan Kesungguhan, maka diampuni dosa dosanya. Dan Sabda Rasulullah saw : Barangsiapa yg shalat malam dibulan Ramadhan, dg Iman dan Kesungguhan, maka diampuni dosa dosanya. (shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka rahasia cahaya keindahan dan anugerah yang tiada mampu diberikan antara seorang hamba kepada yang lainnya kecuali dariNya, yang berupa kehidupan dan kenikmatan dunia yang fana serta kehidupan dan kenikmatan akhirat yang kekal. Dimana kenikmatan akhirat tiada satu makhluk pun yang mampu memberikannya kecuali hanya dari sang pencipta seluruh makhluk, Allah subhanahu wata’ala. Begitu pula kenikmatan dunia tiada akan pernah bisa terjadi tanpa kehendak dan izin dari Allah subhanahu wata’ala, Sang Pemilik kenikmatan dunia dan akhirat yang tiada henti melimpahkan anugerah dan kenikmatan kepada hamba-hambaNya sepanjang waktu dan zaman di dunia secara berkesinambungan dari samudera kelembutanNya, sebagaimana firmanNya :

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
( الأعراف : 156 )
“ Dan rahmatKu (kasih sayangKu) meliputi segala sesuatu”
Sungguh kasih sayang Allah sampai kepada segala sesuatu di seluruh bentangan langit dan bumi, sejak alam ini dicipta hingga datang hari kiamat, serta akan berlanjut dengan rahmat yang abadi bagi hamba-hamba yang beriman, bagi hamba-hamba yang ingin mendekat kepada Sang Maha pemilik kenikmatan yang abadi, Sang Maha memiliki kenikmatan dhahir dan bathin, pemilik kenikmatan dunia dan akhirat, Sang Maha Tunggal dan Maha Kekal, Maha Abadi dan Maha Sempurna, Rabbul ‘alamin subhanahu wata’ala. Maka bukalah sanubari kita terlebih lagi dengan kehadiran kita di majelis yang luhur ini, di dalam istana keridhaan Allah subhanahu wata’ala, di dalam undangan Allah yang telah mengundang ruh kita hingga mengizinkan seluruh sel tubuh kita berpadu untuk melangkah dan hadir ke tempat ini, dan telah kita fahami bahwa Allah subhanahu wata’ala tiadalah mengundang tamu kecuali pasti memuliakan para tamunya, maka anugerahnya berlimpah di malam hari ini, dimana juga merupakan malam-malam luhur yang semakin dekat dengan bulan terluhur, pemimpin seluruh bulan, yaitu bulan Ramadhan yang beberapa hari lagi berada dihadapan kita, bulan yang paling mulia yang di dalamnya terbuka anugerah-anugerah Ilahi yang diberikan kepada makhluk, yang mana tiada satu makhluk pun yang mampu memberinya antara satu sama lainnya. Dan malam ini akan kita dengarkan khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika telah berakhir bulan Sya’ban dan masuk pada bulan Ramadhan. Dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan dalam Shahih Ibn Khuzaimah dan juga oleh Al Imam Al Baihaqi dan lainnya, meskipun sebagian ahli hadits mengatakan bahwa hadits ini dha’if, akan tetapi Al Imam Ibn Khuzaimah memasukkannya ke dalam kitab Shahih beliau, namun ucapan-ucapan dari khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut merupakan rangkaian atau rangkuman dari hadits-hadits yang memiliki derajat Shahih yang bisa dipertanggungjawabkan dengan dalil Al qur’anul Karim. Adapun khutbah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعاً مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخُصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِكَانَ كَمْنَ أَدَّى فَرِيضَةً فِيما سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، والصَّبْرُ ثَوَابُهُ الجَنَّةُ، وَشَهْرُ المُوَاسَاةِ وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِماً كَانَ مَغْفِرَةً لِذنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ، قَالُوْا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ ؟!، فَقَالَ رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِماً عَلَى تَمْرَةٍ ، أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوْكِهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ ، وَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ ، خَصْلَتَيْنِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ ، وَخَصْلَتَيْنِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا ،فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تَرْضَوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ : فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ، وَتَسْتَغْفِرُوْنَهُ ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لاَ غِنَى بِكُمْ عَنْهُمَا : فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ ، وَتَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ ، وَمَنْ أَشْبَعَ فِيْهِ صَائِماً سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شَرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ .

“ Wahai manusia telah kepada kalian bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan, bulan dimana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadr), dan di bulan itu Allah jadikan puasa di siang harinya menjadi kewajiban (bagi yang mampu), dan bangun malam / shalat di malam harinya merupakan hal yang disunnahkan. Barangsiapa yang melakukan satu kebaikan di bulan itu maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan Ramadhan, dan barangsiapa melakukaan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan , dan bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga, dan bulan itu adalah bulan yang penuh simpati (tolong menolong), dan bulan ditambahnya rizeki orang mukmin, barangsiapa yang memberikan buka puasa untuk orang yang berpuasa di bulan itu maka baginya pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka, serta baginya pahala puasa seperti orang yang berpuasa dan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Ketika mendengar hal itu, para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pahala ini diberikan oleh Allah kepada orang yang memberi makan untuk orang yang berpuasa dengan sebutir kurma atau seteguk air atau susu”, dan bulan Ramadhan awalnya adalah rahmah (kasih sayang) Allah, dan pertengahannya adalah pengampunan Allah, serta akhirnya adalah pembebasan dari api neraka, dan barangsiapa yang meringankan (pekerjaan) budaknya di bulan Ramadhan maka Allah subhanahu wata’ala mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Dan perbanyaklah dibulan itu (untuk melakukan) 4 hal, 2 hal yang pertama membuat Tuhan kalian (Allah subhanahu wata’ala) ridha, dan 2 hal yang lainnya merupakan sesuatu yang kalian butuhkan. Dua hal yang membuat Tuhan kalian (Allah subhanahu wata’ala) ridha adalah mengucapkan syahadat (أشهد ألا إله إلا الله ), dan kalian meminta ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala (أستغفر الله العظيم ), adapun dua hal yang kalian butuhkan terhadap keduanya adalah kalian meminta kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka, dan barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan hingga kenyang, maka Allah akan memberinya minum dari telagaku ( Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dimana seteguk air itu menjadikannya tidak akan merasa haus selama-lamanya hingga ia masuk ke surga”.

Demikianlah khutbah beliau 14 abad yang silam, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wahai manusia kalian telah didatangi oleh bulan yang agung, bulan yang penuh dengan keberkahan (keberkahan adalah kebaikan yang dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wata’ala). Dimana bulan itu adalah bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qadr), dan di bulan itu Allah jadikan puasa di siang harinya menjadi kewajiban (bagi yang mampu), dan bangun malam / shalat di malam harinya merupakan hal yang disunnahkan. Adapun ucapan ini juga diperkuat dengan hadits yang telah kita baca :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang bangun (shalat malam) dengan keimanan dan karena mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu”.

Al Imam Ibn Hajar berkata dengan menukil ucapan hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna kalimat ( إحتسابا ) adalah kesungguhan niat untuk melakukan puasa karena Allah subhanahu wata’ala tanpa ada niat yang lain, adapun sebagian ulama lainnya menafsirkan makna kalimat tersebut adalah kesungguhan untuk berusaha memperindah puasanya yang tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, tetapi diperindah dengan melakukan juga hal-hal yang sunnah dalam berpuasa, yang diantara sunnah-sunnah puasa adalah mengakhirkan waktu makan sahur yaitu ketika telah mendekat waktu subuh, seperti contoh jika waktu subuh jam 04.30 maka sahurnya jam 04.00 , dan mempercepat buka puasa, memperbanyak membaca Al qur’an, beri’tikaf di masjid, dan lainnya dari sunnah-sunah yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun setiap sunnah-sunnah yang dilakukan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi bahwa pahala perbuatan baik di bulan Ramadhan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat, kecuali ibadah puasa, karena ibadah puasa Allah subhanahu wata’ala yang akan memberikan balasan pahalanya, sebagaimana yang riwayatkan dalam hadits qudsi :

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ : الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“ Setiap perbuatan anak Adam (manusia) dilipatgandakan (pahalanya) ; setiap satu kebaikan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan hingga 700 kali lipat, Allah subhanahu wata’ala berfirman : “kecuali puasa, sesungguhnya itu (puasa) adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya (memberi pahalanya)”.

Dan disebutkan dalam khutbah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa shalat di malam harinya adalah merupakan hal yang disunnahkan. Maka kembali kepada hadits yang disebut diatas, Al Imam An Nawawi menjelaskan dalam syarah Nawawiyah ‘alaa Shahih Muslim dan merupakan pendapat jumhur ulama’ bahwa makna kalimat (قام ) dalam hadits tersebut yang dimaksud adalah shalat tarawih. Dan dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi bahwa dimasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat tarawih dilakukan secara berjamaah kemudian dibubarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena khawatir dianggap sebagai hal yang wajib, kemudian dilakukan secara sendiri. Maka ketika itu shalat tarawih berjamaah tidak lagi diperbuat di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak pula di masa khalifah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra. Akan tetapi di masa sayyidina Umar bin Khattab Ra shalat tarawih kembali dilakukan secara berjama’ah di masjid, yang kemudian dilanjutkan juga di masa khalifah sayyidina Utsman bin Affan, kemudian di masa khalifah sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dan berlanjut hingga masa para imam empat madzhab, namun ada sebagian kecil dari madzhab Imam Malik dan Imam Syafi’i yang melakukan shalat tarawih secara sendiri di masa Al Imam An Nawawi Ar. Namun yang telah kita ketahui tentunya shalat tarawih itu yang lebih utama dilakukan secara berjamaah karena hal ini merupakan pendapat jumhur para ulama’ dan para sahabat radiyallahu ‘anhum sejak masa khalifah sayyidina Umar bin Khattab, dimana mereka semua adalah orang-orang yang lebih mengetahui dan memahami diantara yang afdhal dan yang lebih afdhal, namun jika tidak memungkinkan untuk melakukannya secara berjamaah maka boleh dilakukan secara sendiri. Adapun mengenai jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat dan 3 rakaat shalat witir, dan tidak ada satu pun dari empat madzhab yang melakukan shalat tarawih kurang dari 23 rakaat beserta witir, kecuali di dalam madzhab Al Imam Malik yang melakukan shalat tarawih 41 rakaat di masjid An Nabawi. Maka tidak ada diantara mereka yang melakukan shalat tarawih 11 rakaat termasuk witir, akan tetapi hal itu juga tidak ada larangannya, karena yang disunnahkan sebagaimana hadits dan khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah melakukan shalat sunnah di malam-malam bulan Ramadhan tanpa ada jumlah tertentu yang diwajibkan, namun tentunya yang afdhal adalah mengikuti apa yang telah diperbuat oleh para shahabat dan para imam RA. 

Kemudian dalam khutbah tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa perbuatan-perbuatan sunnah di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan Ramadhan, dan melakukan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan. Bahkan disebutkan dalam riwayat Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa amal perbuatan di bulan ramadhan pahala perbuatan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih. Demikian keagungan rahasia bulan Ramadhan. Disebutkan juga dalam khutbah tersebut bahwa bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan balasan dari kesabaran adalah surga. Sebagaimana kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat agung bersama para sahabatnya dari kaum muhajirin dan anshar, dimana di bulan Ramadhan telah terjadi perang Badr Al Kubra, padahal bulan Ramadhan merupakan bulan penuh kesabaran, namun mengapa justru perang Badr Al Kubra terjadi di bulan itu?, karena dari peperangan itu bukan karena ingin pemusuhan atau ingin menghancurkan, akan tetapi tujuan peperangan itu adalah demi menegakkan dan membela agama Islam dari serangan kaum Quraisy, setelah kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya yang berkesinambungan selama belasan, dimana selama 13 tahun di Makkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para pengikutnya terus dianiaya dan dipersulit hingga setelah hijrah ke Madinah pun hal itu terus terjadi, hingga tibalah waktu dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat ingin memboikot kafilah Abu Sofyan yang akan masuk ke kota Makkah dengan tujuan mengambil sandang pangan yang akan masuk ke kota Madinah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin memberikan teguran atas perbuatan orang quraisy terhadap umat Islam. Adapun keluarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para pengikutnya bukanlah dengan tujuan memerangi kaum Quraisy, namun setelah kaum kuffar quraisy mengetahui hal itu maka mereka pun keluar dengan 3000 pasukan lengkap dengan senjata untuk melawan kaum muslimin, sehingga terjadilah perang Badr Al Kubra. Dan pasukan kaum muslimin di saat itu adalah 313 orang, akan tetapi meskipun dengan jumlah yang sedikit itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih memerintahkan kepada kaum muslimin untuk tidak memukul kaum wanita, anak-anak kecil, dan 0rang-orang yang tidak bersenjata, serta tidak menyerang sebelum mereka menyerang terlebih dahulu. Dua pasukan yang sangat tidak seimbang, dimana pasukan kafir Quraisy yang berjumlah 3000 orang itu, mereka lengkap dengan senjata dan perlengkapan perang yang lainnya, sedangkan pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 orang, dimana hanya sebagian saja yang memiliki kuda, sebagian saja yang memiliki senjata. Namun meskipun keadaan demikian, kemenangan tetap didapatkan oleh kaum muslimin dengan kemenangan yang dahsyat di Badr Al Kubra, dengan doa yang dahsyat dari makhluk termulia di malam 17 Ramadhan dan diantara doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah :
اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ أَنْ لاَ تُعْبَدَ بَعْدَ الْيَوْمِ
“ Wahai Allah, kecuali jika Engkau berkehendak untuk tidak disembah setelah hari ini”
Mengapa demikian?, karena yang ditinggal di Madinah hanyalah kaum wanita dan anak-anak, sedangkan semua kaum lelaki pergi mengikuti perang Badr, dan jika jumlah pasukan yang hadir di perang Badr itu dibantai dan dikalahkan oleh kaum quraisy, maka tidak ada lagi yang akan mempertahankan dan menyebarkan Islam di muka bumi. Maka keesokan harinya di saat perang Badr berlangsung, Allah subhanahu wata’ala menurunkan 5000 pasukan malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr, padahal 1 malaikat saja telah cukup untuk melawan pasukan kafir Quraisy, namun mengapa Allah subhanahu wata’ala menurunkan sebanyak 5000 malaikat, hal ini adalah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah, bagaimana keadaan orang-orang yang ikut dalam peperangan Badr Al Kubra?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “ Mereka adalah sebaik-baik kelompok dari ummatku”, kemudian Jibril berkata : “Begitu juga malaikat yang diturunkan untuk membantu ahlu Badr adalah sebaik-baik malaikat dari seluruh malaikat”. Dalam perang Badr itu telah bersatu kaum Muhajirin dan Anshar, serta para ahlu bait (keluarga) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu kesatuan kalimat لا إله إلا الله محمد رسول الله, dimana satu panji dipegang oleh kaum muhajirin yaitu sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw, dan satu panji yang lain dipegang oleh kaum Anshar yang berakhir dengan kemenangan yang dahsyat bagi kaum muslimin, demikian agungnya rahasia pertolongan Allah subhanahu wata’ala kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para pecinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Disebutkan juga dalam khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh simpati yaitu saling membantu satu sama lain, saling peduli antara satu dan lainnya, serta di bulan Ramadhan orang-orang yang beriman akan ditambah rizkinya oleh Allah subhanahu wata’ala, maka janganlah sekali-kali merasa berat atau takut untuk mengeluarkan shadaqah di bulan Ramadhan ini. Dan dalam khutbah tersebut dikatakan barangsiapa yang memberikan buka puasa untuk orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka, serta baginya pahala puasa seperti orang yang berpuasa dan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Ketika mendengar hal itu, para sahabat berkata : “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Pahala ini juga diberikan oleh Allah kepada orang yang memberi makan untuk orang yang berpuasa dengan sebutir kurma atau seteguk air atau susu”. Jadi tidak harus memberi makan dengan makanan yang enak atau banyak, namun meskipun dengan memberi makan orang yang berpuasa dengan sebutir kurma, atau seteguk air atau susu maka pengampunan Allah dan pembebasan dari api neraka akan didapatkan. Kemudian disebutkan dalam khutbah tersebut bahwa bulan Ramadhan awalnya adalah rahmat (kasih sayang) Allah, dan pertengahannya adalah pengampunan Allah, serta akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Maka tidak ada keselamatan yang lebih agung dari selamatnya seseorang dari api neraka, selamat dari kemurkaan Allah subhanahu wata’ala yang terbesar dan masuk ke dalam api neraka. Oleh karena itu di bulan Ramadhan merupakan bulan untuk kita berjuang agar mencapai kepada keluhuran dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam khutbah tersebut bahwa barangsiapa yang meringankan (pekerjaan) budaknya di bulan Ramadhan maka Allah subhanahu wata’ala mengampuni dosanya, namun di zaman sekarang sudah tidak ada lagi perbudakan. Disebutkan pula di bulan Ramadhan untuk memperbanyak melakukan 4 hal, dimana 2 hal yang pertama akan membuat Allah subhanahu wata’ala ridha, dan 2 hal yang lainnya merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh kita. Dua hal yang pertama adalah mengucapkan syahadat (أشهد ألا إله إلا الله ), dan beristighfar atau meminta ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala (أستغفر الله العظيم ), adapun dua hal lainnya yang merupakan hal yang sangat kita butuhkan adalah meminta kepada Allah untuk dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. Dan 4 hal tersebut adalah ucapan yang sering kita dengar yaitu :
 
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
“ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, aku memohon ampunan kepada Allah, aku memohon kepada Mu surga dan berlindung kepadaMu dari api neraka”
Serta disebutkan bahwa orang yang memberi makan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan hingga kenyang, tidak hanya seperti yang tadi disebutkan yaitu hanya sekedar memberi sebutir kurma atau seteguk air atau susu, akan tetapi memberinya makan hingga kenyang maka ia akan diberi minum dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi dimana setelah itu ia tidak akan merasa haus selama-lamanya hingga ia masuk ke surga. Jadi sudah selayaknya di bulan Ramadhan ini setiap umat Islam untuk tidak hanya memikirkan makanan untuk dirinya sendiri, akan tetapi juga memperhatikan orang lain yaitu dengan memberi mereka makanan atau buka puasa, karena dengan hal itu seseorang akan mendapatkan janji dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu meminum air dari telaga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Haidirin hadirat yang dimuliakan Allah
Insyaallah kita berjumpa di majelis malam Selasa yang akan datang serta majelis-majelis harian yang lainnya, dan perlu juga diketahui bahwa besok tanggal 17 Juli 2012 adalah majelis Forum Pemuda Muslim Maluku bertempat di daerah Kalimalang. Begitu juga pendaftaran majelis di bulan Ramadhan masih tetap kita buka, karena majelis di bulan Ramadhan tentunya lebih utama daripada majelis di hari-hari lainnya, sebagaimana ibadah di bulan Ramadhan lebih utama daripada bulan lainnya. Para salafusshalih di bulan Ramadhan mereka selalu memenuhi hari-harinya dengan ibadah khususnya memperbanyak membaca Al qur’an di siang atau malam harinya, dan di malam harinya melaksanakan shalat tarawih, seperti yang terjadi di Tarim Hadramaut di beberapa masjid setelah mereka selesai shalat Isya’ di awal waktu, mereka langsung melaksanakan shalat tarawih, ada juga yang melakukan shalat tarawih di masjid lain pada jam 20.30, dan di masjid yang lain ada yang melakukan shalat tarawih pada jam 22.00, di masjid yang lain ada yang melakukan shalat tarawih pada jam 23.30 atau 00.30, hingga jama 02.30 diantara mereka masih ada yang melakukan shalat tarawih, sehingga bagi orang yang mampu maka bisa menghadiri shalat tarawih sampai 3 kali atau lebih dalam satu malam dengan berpindah-pindah dari masjid satu ke masjid yang lainnya. Dan mereka juga tetap melakukan dzikir atau shalawat namun tidak secara berjamaah, tetapi secara sendiri. Adapun kita tetap membuka majelis di bulan Ramadhan ini adalah untuk membuka kesempatan bagi yang ingin melakukannya secara bersama, yang mungkin banyak diantara kita yang tidak mampu untuk melakukannya secara sendiri, oleh sebab itulah majelis-majelis di bulan Ramadhan tetap kita buka.

Kemudian acara kita pada tanggal 17 Ramadhan yang akan datang, yaitu malam nuzulul Alqur’an dan juga haul Ahlu Badr dengan dzikir يا الله sebanyak 1000 kali di Monas, dan insyaallah akan ada sambutan langsung melalui streaming oleh guru mulia Al Musnid Al ‘Arif billah Al Habib Umar bin Salim bin Hafidh dari Tarim Hadramaut, semoga acara ini sukses dan penuh barakah amin allahumma amin. Acara dan doa yang agung di malam turunnya Al qur’an, serta 17 Ramadhan yang merupakan hari kemenangan Ahlu Badr itu juga bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945 hari kemerdekaan RI, negara kaum muslimin terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wata’ala telah memberikan anugerah besar kepada bangsa Indonesia untuk mengalahkan sekutu, dan kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Jakarta yang menjadi Ibukota dan benteng negara muslimin terbesar di dunia ini dijaga oleh Allah dari gangguan-gangguan yang ingin menghancurkannya, dimana mana kota Jakarta ini sedang kita bangun untuk menjadi kota yang makmur penuh dengan iman dan kedamaian, maka semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan pertolongan untuk kota Jakarta dan kota-kota serta wilayah-wilayah lainnya di negeri Indonesia, dan juga untuk seluruh negara dan wilayah ummat Islam di barat dan timur sebagaimana pertolongan dan kemenangan yang diberikan kepada Ahlu Badr, dan senantiasa dalam lindungan Allah subhanahu wata’ala. Selanjutnya kita berdoa bersama semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan kebahagiaan serta mengabulkan seluruh hajat kita, memberikan kesuksesan kepada kita di dunia dan akhirat, dan semoga yang sedang dalam musibah diantara kita Allah angkat musibahnya dan digantikan dengan anugerah, serta musibah-musibah yang akan datang kepada kita segera disingkirkan oleh Allah dan digantikan dengan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Komentar

Posting Komentar