عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ : مَا رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَتَحَرَّى، صِيَامَ
يَوْمٍ، فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ، إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ، يَوْمَ
عَاشُورَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ، يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ.
(صحيح البخاري)
Dari Abdullah bin Abbas ra berlata: “tiada kulihat Nabi SAW
berusaha keras dalam suatu hari yang diutamakannya dari puasa dihari
lainnya, kecuali hari Asyura (10 Muharram), dan bulan ramadhan”
(Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي
الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ
بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha Membuka jiwa-jiwa hamba untuk mencintai hal yang terluhur dari
segala sesuatu yang luhur di sisi Allah subhanahu wata’ala, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka semulia-mulia kehidupan
adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pengorbanan untuk pembenahan
dakwah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
seluhur-luhur kehidupan adalah kehidupan para penerus cita-cita
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah pelita di
barat dan timur, yang merupakan rahasia rahmat Ilahi yang mewarisi
kebahagiaan dan kemuliaan, sehingga seseorang yang mendekat kepada
mereka akan semakin terang benderang jiwanya, semakin diberi kemudahan
dan diangkat segala kesulitannya oleh Allah subhanahu wata’ala, karena
mereka dekat dengan pelita penyambung rahmatan lil’alamin, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah bersabda :
أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِي يَدِي.
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَذَهَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَنْتَقِلُونَهَا
“Diberikan kepadaku kunci-kunci pendaman bumi
(anugerah-anugerah Allah) hingga diletakkan ditanganku”, Abu Hurairah Ra
berkata : “kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, dan
kalianlah yang akan mewarisinya”
Maka terwariskanlah cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat serta
seluruh kenikmatan kepada ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dan seluruh kenikmatan adalah bagian dari rahmat Allah
subhanahu wata’ala. Semua kenikmatan itu Allah bagikan kepada seluruh
makhlukNya yang beriman atau pun yang tidak beriman, keapda makhlukNya
yang akan melewati kehidupan yang abadi, atau makhlukNya yang hanya akan
hidup dalam kehidupan yang fana. Sebagaimana firman Allah subhanahu
wata’ala:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
( الأعراف : 156 )
“ Dan rahmatKu (Allah) meliputi segala sesuatu”. ( QS. Al A’raf : 156 )
Maka semua benda yang akan berakhir masanya dan tidak berlanjut pada
kehidupan yang kekal pun akan mendapatkan bagian dari rahmat Allah
subhanahu wata’ala. Dan rahmat Allah subhanahu wata’ala telah dikenalkan
kepada kita, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sehingga tersebar dan terpancarlah darinya cahaya rahmat Ilahi yang
memunculkan seluruh rahmat Allah yang ada. Disebutkan dalam riwayat
Shahih Al Bukhari bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan satu rahmat
untuk disebarkan ke bumi, sehingga seluruh bentuk dari rahmat Allah
yang ada di muka bumi ini berlanjut hingga akhir zaman. Dan masih
tersisa 99 rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan diberikan
kepada hamba-hambaNya yang beriman kelak dalam kehidupan di surga.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Saat ini kita berada di bulan yang agung yaitu bulan Muharram, di mana begitu banyak anugerah dan peristiwa-peristiwa agung yang terjadi di bulan ini. Diantaranya yang disebutkan dalam kitab tafsir At Tahriir Wa At Tanwiir, bahwa datangnya pasukan Abrahah yang menunggangi gajah untuk menghancurkan Ka’bah adalah di bulan Muharram, maka di bulan Muharram itulah terjadinya kehancuran pasukan Abrahah dan Allah menyelamatkan Ka’bah dari serangan pasukan Abrahah, sebab dalam waktu dekat yaitu 2 bulan setelahnya adalah bulan Rabi’ Al Awwal, yaitu bulan kelahiran sang pembawa rahmat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga di tahun itu disebut dengan Tahun Gajah. Begitu juga diantara para nabi dan rasul beserta umat-umat mereka banyak yang mendapatkan anugerah dan kenikmatan berupa petolongan dan keselamatan dari Allah subhanahu wata’ala di bulan Muharram. Sebagaimana nabi Nuh As selamat dari musibah banjir dan mendaratkan perahunya di hari ‘Asyuraa, tanggal 10 Muharram. Demikian juga selamatnya Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan terbelahnya lautan hingga menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya juga terjadi pada hari ‘Asyuraa. Dan disebutkan bahwa api Namrud yang membakar nabi Ibrahim As yang kemudian Allah menjadikan api itu sejuk atas nabi Ibrahim, hal itu juga terjadi pada bulan Muharram. Di bulan Muharram ini adalah bulan kelahiran nabi Ibrahim As, dan kelahiran nabi Isa As, kelahiran nabi Shalih As. Kemudian pada bulan Muharram ini juga Allah subhanahu wata’ala menyelamatkan dan mengeluarkan nabi Yunus dari dalam perut ikan Paus. Begitu juga terdapat pendapat yang mengatakan bahwa di bulan Muharram Allah subhanahu wata’ala mempertemukan nabi Yusuf As dengan ayahnya nabi Ya’qub As setelah sekian lama berpisah sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Yusuf, adpun pendapat lain mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari ‘Asyuraa. Kemudian Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuasaan kepada nabi Sulaiman pada bulan Muharram, dan Allah menerima tobat nabi Daud As di bulan Muharram. Juga disebutkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa Allah subhanahu wata’ala mengangkat nabi Isa As ke langit pada bulan Muharram. Dan Allah subhanahu wata’ala menurunkan nabi Adam As dan sayyidah Hawwa’ ke bumi di bulan Muharram. Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa sayyidah Hawwa’ diturunkan ke bumi yaitu di pantai yang saat ini dikenal dengan nama Jeddah, maka sayyidah Hawwa’ duduk di tepi pantai kemudian malaikat memberinya pakaian dari surga, lalu ia diperintah untuk pergi menuju tanah haram hingga sampailah sayyidah Hawwa ke tanah haram (Makkah Al Mukarramah) dari arah sebelah timur, kemudian malaikat memerintahnya untuk duduk di atas sebuah bukit, maka bukit tersebut dikenal dengan nama bukit Marwah, yang berasal dari kata Mar’ah yang artinya adalah wanita. Kemudian nabi Adam As diturunkan ke bumi lalu diperintah untuk menuju tanah haram dari arah sebelah barat, dan setelah sampai di tanah haram ia diperintah untuk duduk di atas di atas sebuah bukit, kemudian malaikat berkata : “Marhaban bika ya shafiyallah (selamat datang wahai pilihan Allah)”, sehingga bukit itu dikenal dengan nama bukit Shafa. Dan nabi Adam As diajari oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membangun bumi, dengan bercocok tanam, berkebun, atau berternak dan lainnya, karena jika nabi Adam As tidak mengetahui hal itu dan tidak mengajarkan kepada keturunannya maka kelak bumi tidak akan ada yang memakmurkannya, maka nabi Adam As pun mulai bercocok tanam, dan berternak, hingga ketika tiba musim dingin ia membuat pakaian penghangat dari kulit domba, kemudian ia memberikannya satu pakaian kepada sayyidah Hawwa’ lalu ia pun menangis dan berkata : “Sungguh aku merindukan pakaian penghangat yang terbuat dari sutera lembut yang ada di surga, pakaian kulit domba ini sangat kasar dan menyakitkan kulit”, maka nabi Adam As berkata : “Inilah pakaian kita di muka bumi”. Dan di bulan Muharram pula kota Madinah dibuka untuk hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin. Maka ketika itu mulailah para sahabat hijrah ke Madinah Al Munawwarah sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah pada bulan Rabi’ Al Awwal. Adapun perhitungan bulan Hijriyah diawali dengan bulan Muharram sebab perputaran bulan yang dalam masa setahun kembali pada porosnya itu diawali dari bulan Muharram.
Saat ini kita berada di bulan yang agung yaitu bulan Muharram, di mana begitu banyak anugerah dan peristiwa-peristiwa agung yang terjadi di bulan ini. Diantaranya yang disebutkan dalam kitab tafsir At Tahriir Wa At Tanwiir, bahwa datangnya pasukan Abrahah yang menunggangi gajah untuk menghancurkan Ka’bah adalah di bulan Muharram, maka di bulan Muharram itulah terjadinya kehancuran pasukan Abrahah dan Allah menyelamatkan Ka’bah dari serangan pasukan Abrahah, sebab dalam waktu dekat yaitu 2 bulan setelahnya adalah bulan Rabi’ Al Awwal, yaitu bulan kelahiran sang pembawa rahmat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga di tahun itu disebut dengan Tahun Gajah. Begitu juga diantara para nabi dan rasul beserta umat-umat mereka banyak yang mendapatkan anugerah dan kenikmatan berupa petolongan dan keselamatan dari Allah subhanahu wata’ala di bulan Muharram. Sebagaimana nabi Nuh As selamat dari musibah banjir dan mendaratkan perahunya di hari ‘Asyuraa, tanggal 10 Muharram. Demikian juga selamatnya Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun dan terbelahnya lautan hingga menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya juga terjadi pada hari ‘Asyuraa. Dan disebutkan bahwa api Namrud yang membakar nabi Ibrahim As yang kemudian Allah menjadikan api itu sejuk atas nabi Ibrahim, hal itu juga terjadi pada bulan Muharram. Di bulan Muharram ini adalah bulan kelahiran nabi Ibrahim As, dan kelahiran nabi Isa As, kelahiran nabi Shalih As. Kemudian pada bulan Muharram ini juga Allah subhanahu wata’ala menyelamatkan dan mengeluarkan nabi Yunus dari dalam perut ikan Paus. Begitu juga terdapat pendapat yang mengatakan bahwa di bulan Muharram Allah subhanahu wata’ala mempertemukan nabi Yusuf As dengan ayahnya nabi Ya’qub As setelah sekian lama berpisah sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Yusuf, adpun pendapat lain mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari ‘Asyuraa. Kemudian Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuasaan kepada nabi Sulaiman pada bulan Muharram, dan Allah menerima tobat nabi Daud As di bulan Muharram. Juga disebutkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa Allah subhanahu wata’ala mengangkat nabi Isa As ke langit pada bulan Muharram. Dan Allah subhanahu wata’ala menurunkan nabi Adam As dan sayyidah Hawwa’ ke bumi di bulan Muharram. Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa sayyidah Hawwa’ diturunkan ke bumi yaitu di pantai yang saat ini dikenal dengan nama Jeddah, maka sayyidah Hawwa’ duduk di tepi pantai kemudian malaikat memberinya pakaian dari surga, lalu ia diperintah untuk pergi menuju tanah haram hingga sampailah sayyidah Hawwa ke tanah haram (Makkah Al Mukarramah) dari arah sebelah timur, kemudian malaikat memerintahnya untuk duduk di atas sebuah bukit, maka bukit tersebut dikenal dengan nama bukit Marwah, yang berasal dari kata Mar’ah yang artinya adalah wanita. Kemudian nabi Adam As diturunkan ke bumi lalu diperintah untuk menuju tanah haram dari arah sebelah barat, dan setelah sampai di tanah haram ia diperintah untuk duduk di atas di atas sebuah bukit, kemudian malaikat berkata : “Marhaban bika ya shafiyallah (selamat datang wahai pilihan Allah)”, sehingga bukit itu dikenal dengan nama bukit Shafa. Dan nabi Adam As diajari oleh Allah subhanahu wata’ala untuk membangun bumi, dengan bercocok tanam, berkebun, atau berternak dan lainnya, karena jika nabi Adam As tidak mengetahui hal itu dan tidak mengajarkan kepada keturunannya maka kelak bumi tidak akan ada yang memakmurkannya, maka nabi Adam As pun mulai bercocok tanam, dan berternak, hingga ketika tiba musim dingin ia membuat pakaian penghangat dari kulit domba, kemudian ia memberikannya satu pakaian kepada sayyidah Hawwa’ lalu ia pun menangis dan berkata : “Sungguh aku merindukan pakaian penghangat yang terbuat dari sutera lembut yang ada di surga, pakaian kulit domba ini sangat kasar dan menyakitkan kulit”, maka nabi Adam As berkata : “Inilah pakaian kita di muka bumi”. Dan di bulan Muharram pula kota Madinah dibuka untuk hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin. Maka ketika itu mulailah para sahabat hijrah ke Madinah Al Munawwarah sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah pada bulan Rabi’ Al Awwal. Adapun perhitungan bulan Hijriyah diawali dengan bulan Muharram sebab perputaran bulan yang dalam masa setahun kembali pada porosnya itu diawali dari bulan Muharram.
Al Imam Ibn Abbas Radhiyallahu ‘anhuma juga menjelaskan dalam tafsir
Ibn Abbas bahwa makna firman Allah “ وَاْلفَجْرِ ” dalam surat Al Fajr
adalah waktu Fajar hari pertama bulan Muharram. Kemudian dalam tasfir Al
Imam At Thanthawi menjelaskan makna dari ayat selanjutnya " وَلَيَالٍ
عَشْرٍ" yang dimaksud adalah malam-malam 10 hari pertama bulan
Muharram. Maka hal ini menunjukkan bahwa 10 hari pertama bulan Muharram
memiliki kemuliaan yang sangat besar. Dan Al Imam Qulyubi menjelaskan di
dalam hasyiyahnya bahwa tidak ada bulan yang lebih mulia daripada bulan
Muharram kecuali bulan Ramadhan.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
(رواه مسلم )
“ Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Muharram”
Sebagian pendapat Ulama’ mengatakan bahwa puasa pada bulan Muharram
yang dimaksud adalah puasa hari ‘Asyuraa (10 Muharram). Sebagaimana
riwayat sayyidina Ibn Abbas Ra yang berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tidak begitu memperhatikan puasa di hari tertentu
kecuali puasa di hari ‘Asyura dan di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan
bahwa puasa di bulan Ramadhan dan hari ‘Asyuraa sangat diperhatikan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, puasa di bulan Ramadhan
sudah pasti sangat diperhatikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam karena merupakan puasa wajib, akan tetapi Rasulullah shallalahu
‘alaihi wasallam juga sangat memperhatikan puasa di hari ‘Asyuraa, yang
merupakan puasa sunnah. Namun Al Imam As Syafii berkata akan kesunnahan
berpuasa sehari sebelum tanggal 10 Muharram atau sesudahnya, agar tidak
menyerupai kaum Yahudi yang juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram,
sebagaimana riwayat sayyidina Ibn Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
خَالِفُوا الْيَهُودَ صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ
“Selisihilah kaum Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya (‘Asyuraa) atau sehari sesudahnya”
Dan dalam riwayat yang lain sayyidina Abdullah Ibn Abbas Ra berkata
:
حِينَ صَامَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ والسَّلَامُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، قَالُوا :
يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ،
فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ والسَّلَامُ : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ
الْمُقْبِلُ إنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ، فَلَمْ
يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ عَلَيْهِ الصَّلاةُ
والسَّلَامُ
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam puasa di hari
‘asyuraa, para sahabat berkata : “wahai Rasulullah, hari itu adalah hari
yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, kemudian Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jika demikian di tahun yang akan
datang insyaallah kita berpuasa di hari ke 9 Muharram”, dan belum tiba
tahun yang akan datang namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
wafat”.
Hari ‘Asyuraa ini juga merupakan hari kasih dalam anggota keluarga
dengan dengan bersilaturrahmi, menebar kasih sayang, atau dengan
meluaskan nafkah untuk keluarga. Disebutkan bahwa di malam ‘Asyura
sayyidina Umar bin Khattab Ra mengundang para sahabat dan menjamu mereka
dengan hidangan-hidangan khusus. Dan hari ‘Asyura juga disebut sebagai
hari santunan bagi anak-anak yatim, sebagaimana ’asyura adalah adalah
hari kasih antara anggota keluarga, sehingga anak-anak yatim yang tidak
mempunyai keluarga sudah selayaknyalah kaum muslimin yang menyantuni
mengasihi dan menyenangkan mereka. Disebutkan juga dalam riwayat bahwa
perang Khaibar terjadi pada tahun bulan Muharram tahun ke 7 H. Sebagian
riwayat menyebutkan bahwa perang Khaibar diawali pada bulan Dzulhijjah,
dan berlangsung hingga bulan Muharram dan Safar. Sebagaimana di Khaibar
adalah benteng kaum Yahudi yang berjumlah sangat banyak, sehingga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin memerangi
benteng-benteng tersebut hingga benteng yang terakhir. Hal ini berawal
ketika pimpinan kaum munafik yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul setelah
mendapati kekuatan Quraisy melemah untuk melawan kaum muslimin, maka
Abdullah bin Salul mencari kekuatan yang dapat membantu mereka
menghancuran Islam, mereka adalah orang-orang Yahudi yang memiliki
banyak benteng Khaibar yang berada di sekitar Madinah, dimana jika orang
Yahudi telah sepakat untuk menghancurkan Islam maka musuh-musuh Islam
dari kabilah-kabilah yang lain dapat mengepung kaum muslimin dari segala
penjuru. Dan ketika kabar sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa orang-orang Yahudi Khaibar telah bersekutu dengan
musuh-musuh Islam untuk memerangi kaum muslimin dari segala penjuru
benteng Khaibar. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah
untuk menulis surat kepada kaum Yahudi, dan diantara isi dari surat
tersebut adalah :
Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad
Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam ) kepada kaum Yahudi, kalian
telah mengetahui di dalam kitab kalian (Taurat) disebutkan firman Allah
subhanahu wata’ala :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي
الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ
فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
( الفتح : 29 )
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersamanya keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka, kalian melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia
Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
orang-orang yang menanamnya karena Allah ingin menjadikan orang-orang
kafir marah (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal baik di antara
mereka pengampunan dan pahala yang besar”. ( QS. Al Fath : 29 )
Sebagian Ulama’ menafsirkan makna ayat -أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
- maksudnya adalah keras keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan kaum muslimin untuk mengislamkan orang-orang kafir, bukan
keinginan yang kuat atau kekerasan untuk membunuh mereka. Sebab jika
keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membunuh atau
membinasakan orang-orang kafir, maka hal itu cukuplah hanya dengan
meminta dan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala untuk memusnahkan
mereka semua, seperti yang terjadi di masa nabi Nuh As atas doa nabi Nuh
As sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
( نوح : 26 )
“ Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang
pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi”. ( QS. Nuh :
26 )
Namun hingga saat ini masih banyak orang-orang kafir di muka bumi,
maka ayat tadi menunjukkan bahwa sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan kaum muslimin terhadap orang-orang kafir sangat keras dan
kuat adalah keinginannya untuk mengislamkan mereka, dan bukan dengan
kekerasan namun dengan kelembutan dan kasih sayang. Sebagaimana
disebutkan dalam ayat selanjutnya - رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ- saling
berkasih sayang diantara mereka. Mereka semua mencari keridhaan Allah
subhanahu wata’ala dan hal itu tampak dari bekas-bekas sujud, namun yang
dimaksud bekas sujud bukanlah bekas hitam di dahi, sebagaimana tidak
ada satu riwayatpun yang menyebutkan bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memilki tanda hitam di dahi sebagai bekas sujud, padahal beliau
adalah pemimpin ahli sujud, akan tetapi bekas sujud yang dimaksud
adalah cahaya sujud yang terpancar dalam diri mereka yang tidak akan
hilang dan sirna baik di dunia atau di akhirat, wajah mereka cerah di
dunia dan di akhirat kelak jauh lebih cerah. Dan hal itu ( Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah yang sangat berkasih
sayang) juga disebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Injil, sehingga
orang-orang yang tidak mendustakan maka mereka akan beriman, sedangkan
mereka yang mendustakan akan tetap dalam kekukufuran. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata dengan suara yang
lantang :
اللَّهُ أَكْبَرُ خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنذَرِينَ
“Allahu Akbar hancurlah Khaibar, sungguh jika kami turun di
halaman kaum (Yahudi), maka buruklah pagi hari yang akan dialami oleh
orang-orang yang diberi peringatan”
Kemudian di pagi harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
keluar bersama kaum muslimin menuju Khaibar. Demikian indahnya politik
peperangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memilih
waktu perang di pagi hari, dan tidak mau menyerang pada malam atau sore
hari, sebab di pagi hari orang-orang masih dalam keadaan segar bugar.
Berbeda dengan politik kita, yang mana akan mencari atau memilih waktu
ketika musuh-musuh dalam keadaan lemah atau belum siap. Kemudian
penduduk benteng Khaibar berkata : “Muhammad dan pasukannya telah datang“,
maka ketika itu mulai lah benteng Khaibar satu per satu dihancurkan
hingga sampai pada benteng terakhir yang terkuat, dimana di benteng
itulah terpendam seluruh harta dan sandang pangan kaum Yahudi. Maka
ketika itu panji peperangan diberikan kepada sayyidina Abu Bakr As
Shiddiq Ra namun di hari itu benteng tersebut belum bisa ditembus. Dan
di hari kedua panji peperangan diberikan kepada sayyidina Umar bin
Khattab Ra, namun di hari itu benteng pun belum bisa ditembus. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Esok panji ini akan kuserahkan kepada seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya”.
Ketika pagi menjelang semua sahabat berharap untuk dipanggil oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan diberikan panji kepadanya.
Sehingga diantara para sahabat berkata : “Belum pernah kami mengharapkan kepemimpinan kecuali di hari tersebut”, karena
para sahabat tidak mengharapkan kepemimpinan sebab khawatir atas
dirinya tidak dapat memikul amanah dan tangggungjawab tersebut, namun
karena disaat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa
pemimpin yang membawa panji itu adalah seseorang yang mencintai Allah
dan RasulNya, maka semua sahabat mengharapakn hal itu. Keesokan harinya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakan dan mencari sayyidina
Ali bin Abi Thalib, lantas para sahabat berkata bahwa sayyidina Ali bin
Abi Thalib sedang terkena penyakit mata, kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya dan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam meniup kedua matanya hingga sembuhlah ia dari sakit mata, lalu
diberikanlah panji peperangan itu kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib
Kw. Maka ketika itu sayyidina Ali bin Abi Thalib maju untuk menyerang
benteng Khaibar dan menorobos derasnya deru panah yang diarahkan
kepadanya, hingga ia sampai di depan benteng Khaibar dan menancapkan
bendera perang di samping benteng Khaibar, kemudian ia menjebol benteng
Khaibar dengan tangannya dan meluluhkan kaum Yahudi yang berada di
dalamnya. Diriwayatkan dalam sirah Ibn Hisyam bahwa di saat itu tujuh
orang tidak mampu mengangkat runtuhan atau potongan dari benteng
tersebut, dan dalam riwayat lainnya juga disebutkan walau dengan jumlah
40 orang pun runtuhan dari benteng tersebut tidak belum bisa terangkat,
namun sayyidina Ali bin Abi Thalib mampu mengangkat dengan satu
tangannya berkat doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka di saat semua benteng Khaibar telah dikuasai oleh kaum muslimin.
Sehingga diantara orang-orang Yahudi ada yang meminta keselamatan kepada
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka pun pergi menjauh
dari Madinah, sedangkan diantara mereka ada yang menetap di Madinah
namun dengan membayar Jizyah, yaitu semisal pajak yang harus dibayar
oleh orang kafir yang bukan wanita, anak-anak, fuqara’ atau orang gila
yaitu sebanyak 2 Dinar dalam setiap tahunnya. Musuh-musuh Islam banyak
mempermasalahkan masalah jizyah yang diharuskan kepada orang-orang
kafir, padahal zakat bagi orang kafir hanya ada satu macam, sedangkan
zakat yang harus dibayar oleh kaum muslimin terdapat 7 macam zakat .
Jadi zakat yang diwajibkan kepada orang kafir jauh lebih ringan daripada
zakat yang diwajibkan kepada umat Islam. Disebutkan dalam sirah Ibn
Hisyam, ketika terjadi perang Tabuk dan raja Yohana membayar jizyah
untuk kerajaannya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menulis
surat yang berbunyi bahwa barangsiapa yang telah membayar jizyah, maka
ia telah aman dengan jaminan Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam baik di darat atau di lautan. Demikian cara yang sangat indah
di dalam ajaran Islam dari bimbingan sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Dan perang Khaibar mengingatkan kita pada satu
kejadian dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dijamu
dengan berbagai macam hidangan yang telah matang, dan ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam akan mengambil bagian dari makanan
tersebut, maka makanan-makanan yang telah dimasak, dipanggang atau
dibakar itu bersuara dan berkata : “Wahai Rasulullah, aku telah dibubuhi racun maka janganlah engkau memakanku”.
Hingga makanan yang sudah dimasak pun masih diberi izin oleh Allah
subhanahu wata’ala untuk berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam demi menjaga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dari
kejahatan musuh-musuh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian
besar dan hebatnya cinta makhluk-makhluk Allah subhanahu wata’ala kepada
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Rahasia bulan Muharram berpuncak pada semakin kuatnya kita membangun cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan hal itu Allah subhanahu wata’ala akan membukakan pintu anugerahNya seluas-luasnya. Ya Allah di bulan Muharram Engkau telah menyelamatkan para nabi dan rasul, di bulan Muharram Engkau pertemukan nabi Adam dan sayyidah Hawwa’ di muka bumi, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Nuh As dan ummatnya, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Yunus As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Ibrahim As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Musa As dan kaumnya, di bulan Muharram Engkau terima tobat nabi Daud As, di bulan Muharram Engkau berikan kerajaan kepada nabi Sulaiman, di bulan Muharram Engkau persatukan nabi Ya’qub As dan nabi Yusuf As, di bulan Muharram Engkau buka Madinah Al Munawwarah untuk kaum muslimin berhijrah, di bulan Muharram pula Engkau berikan kepada kami kemuliaan puasa ‘asyuraa yang menghapus dosa setahun yang lalu (HR. Muslim). Maka kita berdoa demi kemuliaan bulan Muharram, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita anugerah-anugerah agung, sebagaimana anugerah yang diberikan kepada para nabi dan rasul serta umat-umat sebelum kita. Ya Allah mereka semua telah menikmati dan melewati anugerah-anugerah itu, namun Engkau Yang Maha memberi dan membagikan kemuliaan di bulan Muharram masih tetap ada, maka kami memanggil namaMu Yang Maha Luhur untuk Engkau jawab doa dna munajat kami.
Rahasia bulan Muharram berpuncak pada semakin kuatnya kita membangun cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan hal itu Allah subhanahu wata’ala akan membukakan pintu anugerahNya seluas-luasnya. Ya Allah di bulan Muharram Engkau telah menyelamatkan para nabi dan rasul, di bulan Muharram Engkau pertemukan nabi Adam dan sayyidah Hawwa’ di muka bumi, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Nuh As dan ummatnya, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Yunus As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Ibrahim As, di bulan Muharram Engkau selamatkan nabi Musa As dan kaumnya, di bulan Muharram Engkau terima tobat nabi Daud As, di bulan Muharram Engkau berikan kerajaan kepada nabi Sulaiman, di bulan Muharram Engkau persatukan nabi Ya’qub As dan nabi Yusuf As, di bulan Muharram Engkau buka Madinah Al Munawwarah untuk kaum muslimin berhijrah, di bulan Muharram pula Engkau berikan kepada kami kemuliaan puasa ‘asyuraa yang menghapus dosa setahun yang lalu (HR. Muslim). Maka kita berdoa demi kemuliaan bulan Muharram, semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita anugerah-anugerah agung, sebagaimana anugerah yang diberikan kepada para nabi dan rasul serta umat-umat sebelum kita. Ya Allah mereka semua telah menikmati dan melewati anugerah-anugerah itu, namun Engkau Yang Maha memberi dan membagikan kemuliaan di bulan Muharram masih tetap ada, maka kami memanggil namaMu Yang Maha Luhur untuk Engkau jawab doa dna munajat kami.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
َياالله...يَاالله... ياَالله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ
إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ
السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا
نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ
تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Komentar
Posting Komentar