مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka
dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan,
maka baginya sepuluh kebaikan semisal].”
Kedua:
منْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan puasa
enam hari di bulan Syawwal, maka dia seperti berpuasa satu tahun." (HR.
Imam Muslim).
Abu Hurairah berkata: Pahalanya satu tahun, karena setiap hari
pahalanya sama dengan puasa sepuluh hari. Tiga puluh hari ramadhan sama
dengan tiga ratus hari ditambah enam hari bulan syawal sama dengan enam
puluh hari, sehingga jumlah seluruhnya adalah tiga ratus enam puluh hari
yakni satu tahun. Hal ini, karena Allah berfirman: ( Barangsiapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya) (QS. Al-An`am: 160).
Mengenai tata cara enam hari puasa, apakah harus berturut-turut ataukah
boleh dipisah-pisah para ualama membebaskan memilih antara keduanya.
boleh berturut-turut enam hari langsung semenjak tanggal dua syawal
ataupun di pisah-pisah, keduanya dianggap sahih. Mengenai syarat dan
rukunya sama seperti puasa ramadhan. Harus ada niat dan juga menghindari
semua hal yang membatalkan puasa.
Di antara Manfaat Puasa 6 Hari Bulan Syawal ini sebagaimana dituturkan Ibnu Rajab adalah sebagai berikut:
Pertama, puasa enam hari pada bulan Syawal pahalanya sama dengan
puasa satu tahun penuh sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Kedua, puasa pada bulan Syawal dan Sya`ban seperti shalat sunnat
rawatib. Fungsinya untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan dalam
shalat wajib. Karena, kelak pada hari Kiamat, pahala wajib dapat
disempurnakan dengan amalan sunnat.
Ketiga, dengan puasa enam hari pada bulan Syawal di antara ciri
puasa Ramadhannya diterima oleh Allah, karena apabila Allah menerima
amal ibadah seseorang, Allah akan memudahkan orang tersebut untuk
melakukan amal shaleh lainnya. Para ulama berkata: Pahala kebaikan
adalah dengan kebaikan setelahnya. Siapa yang melakukan kebaikan, lalu
setelahnya diikuti dengan kebaikan lainnya, maka itu bukti diterimanya
kebaikan pertama.
Keempat, puasa enam hari di bulan Syawal di antara cara bersyukur
kepada Allah. Orang yang berpuasa Ramadhan berhak mendapatkan ampunan
(maghfirah) dari Allah atas segala dosa-dosanya yang telah lalu, dan
tidak ada nikmat yang paling berharga selain pengampunan Allah. Karena
itu, mereka yang telah berpuasa Ramadhan patut bersyukur atas nikmat
ini, di antaranya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya, hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, dan supaya kamu bersyukur (QS.
Al-Baqarah: 185).
Kelima, puasa enam hari pada bulan Syawal, bukti bahwa kebaikan dan amal
shaleh tidak berakhir seiring berlalunya Ramadhan, akan tetapi terus
berlanjut selama hidup. Seorang ulama shaleh, Bisyir, pernah ditanya
tentang orang-orang yang hanya beribadah pada bulan Ramadhan, ia
menjawab: (Sejahat-jahat kaum adalah mereka yang hanya mengenal dan
menyembah Allah pada bulan Ramadhan saja).
Imam as-Syibly pernah ditanya: `Mana yang paling utama; apakah bulan
Sya`ban atau bulan Ramadhan? Ia menjawab: Jadilah hamba yang menyembah
Allah (rabbaniyyan) bukan yang menyembah bulan Ramadhan (ramadhaniyyan).
Marilah kita mulai dari sekarang untuk melakukan puasa sunnat enam
hari di bulan Syawal ini. Di tengah orang-orang asik makan minum
sementara kita berpuasa, sungguh tersimpan pahala yang sangat luar
biasa. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya apabila orang yang sedang
berpuasa berada di tengah-tengah orang-orang berbuka, maka seluruh
anggota tubuhnya bertasbih kepada Allah, serta para malaikat
mendoakannya: Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahannya serta
sayangilah dia (HR. Ibnu Majah).
Komentar
Posting Komentar