Tangan-Tangan Yang Dicium Rasulullah SAW

Rasulullah Saw. sangat menghargai orang-orang yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Rasulullah Saw. mencium tangan mereka sebagai penghargaan akan ibadah mereka, dan bukan karena keshalehan mereka dalam ibadah ritual seperti shalat malam, puasa, sedekah dan berhaji.
 
Sa’ad bin Mu’adz Ra.
Ketika Rasulullah Saw. pulang dari perang Tabuk, beliau bertemu dengan salah seorang sahabatnya, Mu’adz Ra. Ketika bersalaman, terasa oleh beliau Saw. telapak tangan Mu’adz yang kasar. Ketika berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz, Rasulullah Saw. pun melihat betapa tangannya kasar, kering dan kotor. Ketika ditanya Sa’ad menjawab bahwa tangannnya menjadi demikian karena bekerja mengolah tanah dan mengangkut air sepanjang hari. Mendengar itu Rasulullah Saw. serta merta mencium tangan Sa’ad bin Mu’adz Ra. dan bersabda: “Tangan ini dicintai Allah dan RasulNya dan tidak akan disentuh api neraka!”
 

Mu’adz bin Jabal Ra.
Rasulullah Saw. juga pernah merasakan tangan Mu’adz bin Jabal yang kasar dan tebal saat bersalaman. Ketika ditanyakan Mu’adz pun menjawab bahwa tangannya demikian karena untuk bekerja keras. Tangan yang dipakai oleh pemiliknya untuk bekerja keras mencari nafkah. Diciumlah tangan kasar, keras dan tebal itu oleh Rasulullah Saw. dan bersabda: “Tangan ini dicintai Allah dan RasulNya dan tidak akan disentuh api neraka!”

Siti Fathimah az-Zahra Rha.
Siti Fathimah az-Zahra putri Rasulullah Saw. tangannya juga kasar dan keras. Tapi Rasulullah Saw. dengan penuh perhatian mencium tangan putrinya tersebut. Karena tangan itu digunakan untuk bekerja keras menggiling gandum di rumahnya, menyiapkan makanan bagi kedua putranya dan sang suami.

Lihatlah betapa Rasulullah Saw. sangat menghargai orang-orang yang bekerja keras untuk mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Rasulullah Saw. mencium tangan mereka sebagai penghargaan akan ibadah mereka, dan bukan karena keshalehan mereka dalam ibadah ritual seperti shalat malam, puasa, sedekah dan berhaji.

Riwayat-riwayat di atas menggambarkan betapa Islam sangat menghargai orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi. Orang yang bekerja dapat dikatakan sebagai jihad fi sabilillah, seperti sabda Nabi Saw.: “Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah mujahid fi sabilillah.” (HR. Ahmad).
  
Rasulullah Saw. juga bersabda: “Barangsiapa yang di waktu sorenya merasa kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapatkan ampunan.” (HR. ath-Thabarani dan al-Baihaqi).

Seperti halnya Sa’ad yang hitam dan melepuh tanganya karena bekerja, maka tatkala seseorang merasa kelelahan bekerja akan dibalas oleh Allah Swt. dengan ampunanNya saat itu juga dan dikategorikan jihad fi sabilillah. (Disadur dari buku “Tangan-tangan yang Dicium Rasul: Nasihat Islami tentang Bekerja Keras” karya Syahyuti, Pustaka Hira. Buku yang memuat bukti-bukti ilmiah, historis dan teologis tentang bagaimana Islam mencintai kerja keras).

Komentar