Ada 2 hal
yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rajab. Pertama : Tidak ada
riwayat yang benar dari Rosulullah SAW yang melarang puasa Rajab. Kedua :
Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rajab yang tidak benar dan palsu.
Dan di dalam
masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. Pertama adalah sekelompok kecil kaum
muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rajab adalah bid’ah.
Kedua : Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rajab akan
tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan palsu.
Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar
sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rajab
Sebenarnya
masalah puasa Rajab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan
jelas dan gamblang. Akan tetapi karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh
yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN menyuarakan dengan lantang bahwa amalan
puasa di bulan Rajab adalah sesuatu yang bid’ah.
Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang puasa bulan Rajab
dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam menyikapi hukum puasa di
bulan Rajab. Yang jelas bulan Rajab adalah termasuk bulan Haram yang 4 (Dzul
Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab) dan bulan haram ini dimuliakan oleh
Allah SWT sehingga tidak diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih
banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rajab. Dan
di sini kami hanya akan membahas masalah puasa Rajab, untuk masalah yang
lainnya seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj dan sholat malam di bulan Rajab
akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.
Tidak kami
pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’) yang sering dikemukakan
oleh sebagian pendukung puasa Rajab. Maka dari itu wajib bagi kami untuk
menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biarpun
untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah hukumnya adalah HARAM dan
DOSA BESAR sebagaimana ancaman Rosulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barang
siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk
menempati neraka”.
Dan perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rajab itu bukan berarti tidak ada hadits yang benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rajab.
DALIL-DALIL TENTANG PUASA RAJAB
Dalil tentang
puasa Rajab Secara umum
Himbauan
secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang diharamkan yang
5. Dan bulan Rajab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Dan juga
anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari senin, puasa hari
kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa
dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rajab. Berikut ini adalah
riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
a. Hadits
Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:
كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal
anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”
b. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau
mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di
hari qiamat”
Yang
dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan
tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27 derajat. Atau ibadah lain
yang satu kebaikan dilipat gandakan menjadi 10 kebaikan.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ
يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya
paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan
sehari buka”
Dalil-dalil puasa Rajab secara khusus
a. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ
بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ
سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ،
وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ
“Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku bertanya
kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rajab dan ketika itu kami memang
di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata :
“Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rajab) hingga kami katakan beliau tidak
pernah berbuka di bulan Rajab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab,
hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rajab.”
Dari riwayat
tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab
dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa dengan utuh.
Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa
puasa di bulan Rajab bukanlah sesuatu yang wajib. Begitulah yang dipahami para
ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi
meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum
mengamalkannya adalah sunnah.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ
بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ
الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ.
ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ
فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ
أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ
فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari Mujibah Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah
atau paman) datang kepada Rosulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang
lagi kepada Rosulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah
(kurus), dia berkata : Yaa Rosulullah apakah engkau tidak mengenalku?
Rosulullah SAW menjawab : Siapa Engkau? Dia pun berkata : Aku Al-Bahili yang
pernah menemuimu setahun yang lalu. Rosulullah SAW bertanya : Apa yang
membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), Ia
menjawab : Aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak
berpisah denganmu, maka Rosulullah SAW bersabda : Mengapa engkau menyiksa
dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata
: Tambah lagi (yaa Rosulullah) sesungguhnya aku masih kuat. Rosulullah SAW
berkata : Berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata : Tambah lagi ya
Rosulullah. Rosulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan), ia pun
berkata: Tambah lagi (Yaa Rosulullah), Rosulullah SAW bersabda : Jika engkau
menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul
Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau
mengatakan hal itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.”
Imam nawawi menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما أمره
بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق
عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
Sabda
Rosulullah SAW :
صم من الحرم
واترك
“Berpuasalah
di bulan haram kemudian tinggalkanlah”
Sesungguhnya
Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa
terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi
orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rajab
seutuhnya adalah sebuah keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439
c. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid
قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر
غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن
يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku berkata
kepada Rosulullah : Yaa Rosulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa
sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah SAW menjawab : Bulan
sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan,
dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku
ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4
Hal. 201.
Imam Syaukani menjelaskan
ظاهر قوله في حديث أسامة : إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب
صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون
رمضان ورجبا به . نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah,
Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering
dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rajab
adalah sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka
lalai dari mengagungkan sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk
mengagungkan ramadhan dan Rajab dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291
KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA RAJAB
Dalam
menyikapi tentang puasa dibulan Rajab pendapat ulama terbagi menjadi 2, akan
tetapi 2 pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di lapangan pada saat ini
yaitu dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para pelaku puasa Rajab.
Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya disunnahkan puasa di bulan Rajab semuanya dan juga ada riwayat lain dari Imam Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa sebulan penuh di bulan Rajab.
Akan tetapi di dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :
1) Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rajab, atau
2) Disambung
dengan puasa di bulan sebelum Rajab, atau
3) Disambung
dengan puasa di bulan setelah Rajab
4) Dengan
puasa di hari apapun di selain bulan Rajab.
Mungkin ada
yang mendengar dari salah satu stasiun radio atau selebaran yang dibagi-bagi
yang mengatakan bahwasannya “Puasa Rajab adalah Bid’ah Dholalah” dengan membawa
Riwayat dari Nabi SAW yang melarang puasa Rajab atau riwayat dari Sayyidina
Umar Bin Khottob yang mengatakan “Kami akan memukul orang yang melakukan puasa
di bulan Rajab”. Padahal riwayat tersebut adalah tidak benar dan palsu dan
sungguh sangat aneh orang yang membid’ahkan puasa bulan Rajab dengan tuduhan
riwayat puasa Rajab adalah hadits-haditsnya palsu akan tetapi mereka sendiri
tidak sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa bulan Rajab adalah palsu.
Secara singkat para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa bulan Rajab adalah bid’ah. Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan Rajab adalah sunnah termasuk dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.
Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa Rajab :
Pendapat Ulama’ Madzhab Hanafi
Disebutkan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :
)المرغوبات
من الصيام أنواع ( أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم
عاشوراء ). اهـ
“Puasa yang
disunnakahkan itu bermacam-macam : Puasa Muharrom, Puasa Rajab, Puasa Sya’ban,
Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)” Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki
Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:
أنه يستحب
صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم ).
اهـ
“Sesungguhnya
disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rajab."Disebutkan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :
بل يندب صوم
بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ
“Disunnahkan
puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di bulan
Muharrom kemudian Rajab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”. Disebutkan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :
التنفل
بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم
عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ
“Melakukan
puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan Rajab, bulan
Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari ‘Arafah itu lebih
utama bagi orang yang tidak haji”.
وندب صوم
المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة
والحجة). اهـ
“Dan
disunnahkan puasa Muharrom, Rajab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan haram lainnya
yang 4 dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian Rajab, Duzl Qo’dah
dan Dzul Hijjah”.
Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :
والمحرم ورجب
وشعبان لو قال والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر
الحرم وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة . اهـ
“Dan
disunnahkan Puasa Muharrom, Rajab dan Sya’ban, andaikan beliau berkata “Puasa
Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”. Dinukil dari
Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengkhususkan bulan-bulan haram dan
mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rajab, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah.”
Imam
An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal.
439 :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم. اهـ
“Berkata
Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram
yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab sedangkan yang paling utama
adalah Muharrom”.
)وأفضل
الأشهر للصوم( بعد رمضان الأشهر
( الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
( الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
“Paling utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di
bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rajab sedangkan
paling Utamanya adalah Muharrom berdasarkan riwayat dari Imam Muslim “Paling
utamanya puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharrom kemudian bulan
haram yang lainnya. Secara dhohir keutamaan diantara bulan haram yang lainnya
itu sama (selain Muharrom). Dan secara dhohir mendahulukan keutamaan Rajab agar
keluar dari Khilafnya ulama yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram”
Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :
... وأما
استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على هذه لشريعة
المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة زجره وتعزيره
التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله تعالى ويوافقه إفتاء
العز بن عبد السلام إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من منع صوم رجب وتعظيم حرمته
وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى
بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن
العلماء الذين دونوا الشريعة لم يذكر أحد منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون
صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ
“Orang yang
melarang puasa Rajab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan terhadap
hukum syariat. Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka wajib bagi hakim
atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman yang keras yang dapat mencegahnya
dan mencegah orang semisalnya yang merusak agama Allah SWT. Sependapat dengan
ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sesungguhnya beliau ditanya dari apa yang dinukil
dari sebagian Ahli Hadits tentang larangan puasa Rajab dan pengharamannya, dan
apakah sah orang yang bernadzar puasa Rajab sebulan penuh maka beliau menjawab
“Nadzar puasa Rajab itu sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun
larangan puasa Rajab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan
hukum-hukum syariat. Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat
dengan syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rajab
bahkan dikatakan puasa Rajab adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
(sunnah)".
Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم
بعد رمضان شهر الله المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم
باقيها ثم شعبان ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan bulan-bulan
haram, sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan Hadits riwayat
Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah
Muharrom” kemudian Rajab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaan Rajab
terhadap bulan-bulan haram lainnya kemudian Sya’ban”.
)اعلم أن
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا من خلاف من
فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان (. اهـ
“Ketahuilah
sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan
adalah puasa bulan-bulan Haram. Sedangkan paling utamanya adalah Muharrom
kemudian Rajab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaannya atas bulan-bulan
Haram yang lainnya, yang jelas keutamaannya sama dengan bulan-bulan haram yang
lainnya kemudian Sya’ban”.
Pendapat dari Ulama' Madzhab Hanbali
Ibnu
Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :
فصل : ويكره
إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما
لا يصومه كله ... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا ,
يفطر فيه ولا يشبهه برمضان ). اهـ
“Fasal : Dan
dimakruhkan mengkhususkan Rajab dengan puasa, Imam Ahmad berkata “Apabila seseorang
berpuasa bulan Rajab maka berbukalah sehari atau beberapa hari sekiranya ia
tidak puasa sebulan penuh, Imam Ahmad berkata “Barangsiapa terbiasa puasa
setahun maka boleh berpuasa sebulan penuh kalau tidak biasa puasa setahun
janganlah berpuasa terus-menerus dan jika ingin puasa Rajab sebulan penuh
hendaknya ia berbuka di bulan Rajab (biarpun sehari) agar tidak menyerupai
Ramadhan”.
Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa Rajab.
• Disebutkan dalam Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :
فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل ابن حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة
, قال أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا
يوما أو أياما. وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة . اهـ
“Fasal :
Dimakruhkan mengkhususkan Rajab dengan berpuasa berdasarkan apa yang dinukil
dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh Umar dan puteranya dan Abi
bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari Sayyidina Umar Ra sesungguhnya
beliau memukul orang yang berpuasa Rajab, dan berkata Ibnu Abbas “Hendaknya
berpuasa Rajab dengan berbuka sehari atau beberapa hari”. Dan kemakruhan puasa
bulan Rajab akan hilang dengan berbuka (walaupun sehari) atau dengan berpuasa
di bulan lain selain bulan Rajab. "
KESIMPULAN
Dari
penjelasan dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan Rajab adalah
sunnah hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh. Dan ternyata
kemakruhan puasa Rajab menurut madzhab Imam Hanbali itu pun jika dilakukan
sebulan penuh. Adapun kalau berbuka satu hari saja atau di sambung dengan
sehari sebelumnya atau sesudahnya. Atau dengan melakukan puasa di selain bulan
Rajab maka kemakruhannya akan hilang . Dan mereka tidak mengatakan puasa Rajab
bid'ah sebagaimana yang marak akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang
dengan menyebar selebaran, siaran radio atau internet. Wallohu a'lam bishshowab
Oleh : Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon
Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon
Komentar
Posting Komentar