Perkataan shalawat berasal dari bahasa Arab: ( الصلوات ),
diambil dari perkataan shalat (الصلاة) yang bererti doa atau pujian.
Shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah pujian-Nya di sisi para
malaikat. Shalawat malaikat ialah doa memohon tambahan gandaan pahala.
Dan shalawat orang Mukmin ialah berdoa memohon supaya Allah Subhanahu wa
Ta’ala melimpahkan rahmat, menambahkan kemuliaan, kehormatan dan
kepujian kepada penghulu kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam .
Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan
rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkatan dari-Nya. (Lihat
kitab Zadul Maasir, 6/398).
Ada juga yang mengatakan ia berarti taufik dari Allah Ta’ala untuk
mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya
(petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya
(dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab:43).
Hukum Bershalawat
Para ulama’ telah sepakat menetapkan hukum bershalawat kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah wajib pada
keseluruhannya, tetapi mereka tidak sepakat (ijma’) tentang kapankah
saat wajib bershalawat dan berapakah bilangannya, di antaranya:
- Wajib bershalawat dalam masa mengerjakan shalat.
- Membaca tasyahud (tahiyyat).
- Membaca tasyahud kedua/tahiyyat akhir.
- Setiap kali menyebut, mendengar atau menulis nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , ganti namanya atau pangkat kerasulan dan kenabian Baginda Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam .
Arahan Membaca Shalawat
Dalam semua perintah mengerjakan ibadah, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyuruh hamba-Nya bershalawat. Sebagaimana dalam firman-Nya di atas
tadi, Allah sendiri memulai shalawat ke atas Nabi, diikuti malaikat
kemudian dianjurkan kepada Muslimin mengamalkannya. Ini bermakna membaca
shalawat itu sangat utama.
Kelebihan Shalawat
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
«مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطيئاتٍ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ»
“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah
akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan
(dosa)-nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di
surga kelak).” (HR An-Nasa’i No. 1297 dan Ahmad, shahih.)
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan bershalawat kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan anjuran memperbanyakkan shalawat
tersebut.
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang bakhil ialah mereka yang apabila disebut nama-Ku mereka tidak bershalawat.” (HR At Tirmidzi, shahih).
Banyak bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
merupakan tanda cinta seorang Muslim kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, karena itu para ulama’ mengatakan, “Siapa yang mencintai
sesuatu, maka dia akan sering menyebutnya”.
Shalawat Paling Afdhal (Utama)
Membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah
ibadah yang agung dan merupakan salah satu tanda kecintaan kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sekaligus menjadi faktor utama untuk
mencapai syafaat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di hari Kiamat
kelak. Perintah kepada umat Islam untuk membaca shalawat untuk Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang setelah Allah Ta’ala memberitahu
bahawa Dia bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (memuji dan
berdoa) ke atas Nabi (Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu ke atasnya, serta
ucapkanlah salam dengan penghormatan.” (Al-Ahzab: 56)
Ayat di atas tidak menjelaskan satu bentuk nash shalawat tertentu
untuk dibaca apabila seorang Muslim hendak membaca shalawat kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam .
Namun demikian, terdapat beberapa riwayat yang menukilkan bahwa
beberapa orang Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah
bertanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam cara atau kaifiyat untuk bershalawat ke atas beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , maka diajarkannya kepada mereka.
Di antaranya ialah riwayat dalam Shahih Al Bukhari no. 2497
dari Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiyallahu ‘Anhu. Shahabat yang mulia ini
menceritakan bahawa para Shahabat pernah bertanya kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang bagaimana cara bershalawat kepada
beliau.
Baginda menjawab dengan mengatakan: “Katakanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Inilah antara kaifiyat bershalawat yang diajarkan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam kepada para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum sebagai
jawaban kepada pertanyaan mereka mengenai cara bershalawat untuk beliau.
Maka adalah logis untuk dikatakan bahwa shalawat tersebut sebagai
lafazh paling afdhal dalam bershalawat.
Al Imam Al Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:
“Apa yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada
para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum tentang kaifiyah (dalam membaca
shalawat) ini setelah mereka menanyakannya, menjadi petunjuk bahwa itu
adalah nash shalawat yang paling utama karena beliau Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam tidaklah memilih bagi dirinya kecuali yang paling mulia dan
paling sempurna.” (Fathul Bari: 11/66).
Menurut Kitab Mestika Hadits 1/259: “Dan yang
seafdhal-afdhalnya ialah shalawat yang biasa dibaca selepas tasyahud
akhir setiap shalat. Ini karena para ulama’ telah menetapkan bahwa siapa
yang bersumpah atau bernadzar hendak bershalawat kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan seafdhal-afdhal shalawat, tidak
dihukum terlepas daripada wajib menepati sumpah atau nadzarnya itu
melainkan dengan membaca shalawat itu.”
Maka adalah lebih baik apabila lafaz shalawat ini yang diamalkan
dalam membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , bukan
lafaz-lafaz shalawat susunan seseorang, meskipun bukan larangan untuk
menyusun bentuk teks shalawat sendiri. Shalawat-shalawat selain yang
diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kadang-kadang tidak
terlepas dari kekeliruan, baik dalam pemilihan bahasa, maupun –dan ini
yang paling parah– kesalahan dalam akidah!
Waktu-waktu Utama Bershalawat
Waktu paling afdhal dituntut bershalawat ialah:
- Ketika mendengar orang menyebut nama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
- Sesudah menjawab adzan dan sebelum membaca doa adzan.
- Selesai berwuduk, sebelum membaca doa.
- Pada permulaan, pertengahan dan penutup doa.
- Di akhir qunut dalam shalat.
- Di dalam shalat jenazah.
- Ketika masuk dan keluar dari masjid.
- Setiap waktu pagi dan petang.
- Hari Kamis malam Jum’at.
- Sepanjang hari Jumaat.
- Ketika berada di mana-mana tempat perhimpunan orang banyak.
Demikianlah perbincangan ringkas tentang selawat ke atas Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai panduan untuk beramal
dengan sunnah.
Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar