Ilmu Yang Tak Bisa Di Ajarkan

Suatu hari, di Basrah, Irak, ada seorang lelaki tua yang sangat mencintai putra semata wayangnya. Seluruh hartanya ia kumpulkan untuk membiayai pendidikan putranya yang gagah itu. Hingga sampailah hari di saat si putra berangkat mengais ilmu, jauh menemui guru yang sangat mumpuni saat itu.

Setelah bertahun-tahun si anak belajar, ia pulang dengan kegembiraan luar biasa. Sang ayah telah menunggu di muka pintu. Namun anehnya, sang ayah kecewa ketika ia menatap dalam-dalam mata putranya,

“Apa yang telah kau pelajari, Nak?” tanyanya.
“Telah kupelajari semua yang musti dipelajari, Ayah,” jawab putranya.
“Tapi sudahkah kau mempelajari apa yang tidak bisa diajarkan?” sahut si ayah. Putranya menggeleng tak mengerti.


“Pergilah, Nak. Pelajarilah apa yang tak bisa diajarkan!” perintah sang ayah.
Anak muda itu kembali menemui gurunya dan meminta sang guru untuk mengajarkan kepadanya apa yang tak bisa diajarkan. Sang guru menitahkan,
“Pergilah ke arah pegunungan sana. Bawa serta empat ratus domba itu. Kembalilah saat mereka sudah jadi seribu ekor.”

Si murid menurut. Ia pergi ke gunung membawa domba-domba itu. Di sanalah pertama kali ia berjumpa kesunyian, menjadi gembala sunyi. Tak ada seorangpun untuk diajak bicara. Domba-domba tak mengerti bahasanya. Sesekali ia coba mengobrol dengan domba-domba itu, mereka hanya menatapnya, seakan menunjukkan kebodohannya sendiri.

Pelan tapi pasti, hari demi hari ia lalui, ia melepaskan segala pengetahuan duniawinya. Ia lepaskan egonya, kebanggaannya, dan menjadi setenang domba-domba. Kebijaksanaan dan kelembutan batin ia rengkuh dengan sendirinya.

Setelah dua tahun berlalu, ketika domba-domba berkembang jumlahnya menjadi seribu, ia pulang menghadap sang guru. Ia tersungkur di kaki gurunya.

“Kini kau telah mempelajari apa yang tak bisa diajarkan, bangkitlah,” ucap sang guru

Komentar