Sahabat Nabi Juga Lakukan Bidah Kok! Ini 5 Buktinya

Fenomena membidahkan orang lain sering sekali kita dengar, baik secara langsung maupun di media sosial. Fenomena tersebut terjadi karena pelakunya mempersempit definisi bidah pada sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
 
Tentu, kehati-hatian berlebihan ini mempersulit kita dalam mengamalkan ajaran agama. Selain itu, sikap tersebut dapat menjerumuskan pada fanatisme dan menganggap bidah, sesat, syirik orang lain yang tidak sepaham.

Padahal, bila agama mengakomodir budaya-budaya masyarakat setempat yang tidak bertentangan dengan syariah, tentu akan memperkaya khazanah keislaman.

Acara keagamaan seperti maulid nabi, istigasah, tawasul, ziarah kubur, dan lain sebagainya menjadi sasaran empuk mereka. Padahal, beberapa sahabat Nabi pernah melakukan apa yang mereka anggap bidah tersebut. Jangan-jangan, apa yang dikatakan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, benar. Bidah menurut mereka adalah ma lam ta’rifhu huwa (setiap ibadah yang mereka tidak ketahui dalilnya). Jadi, ibadah yang tidak mereka ketahui dalilnya itulah bidah.


Pemahaman terhadap Alquran dan hadis harus dilakukan secara komprehenshif. Artinya, kita tidak dibolehkan menghalalkan atau mengharamkan permasalahan tertentu dengan satu atau dua ayat. Belum lagi, kita harus mengetahui konsep ijmak ulama dan qiyas. Oleh karena itu, perlu mengikuti ulama-ulama kita yang biasa mentradisikan maulid, ziarah kubur, dan lain sebagainya. Bisa jadi, perilaku membidahkan ini karena pemahaman terhadap agama yang tidak menyeluruh.

Berikut 5 hal yang dianggap bidah, tapi sahabat pernah melakukannya. Penjelasan ini dikutip dari Silsilah Mafahim Yajib an Tushahhah, kumpulan ceramah Sayid Alawi al-Maliki, yang ditulis Dr. Umar Abdullah Kamil:

Aisyah Diajari Doa Ketika Hendak Ziarah Kubur
Nabi pernah mengajarkan pada Aisyah etika ziarah kubur. Di antaranya menyapa mereka dengan kalimat tertentu. Ketika ziarah ke makam Baqi’, Nabi mengajarkan doa ini, assalamu ‘ala ahlid diyar minal mu’minin wal muslimin, wa yarhamullahul mustaqdimin minna wal musta’khirin. Wa in sya’ Allah bikum lahiqun (H.R. Muslim dan Ahmad). Seandainya ziarah kubur terlarang secara mutlak, untuk apa Nabi ajarkan ini pada Aisyah??

Sahabat Minta Hujan pada Nabi
Pada masa kepemimpinan sahabat Umar, terjadi paceklik luar biasa. Salah satu sahabat datang ke makam Nabi. “Nabi, kami butuh bantuanmu. Mintkanlah pada Allah agar hujan turun untuk umatmu,” pinta sahabat tersebut. Setelah permohonan itu, dia mimpi bertemu Nabi. “Datanglah ke Umar. Sampaikan salamku untuknya. Dalam waktu dekat, hujan akan turun,” sapa Nabi dalam mimpi sahabat ini. Umar pun menangis ketika disampaikan salam dari Nabi (H.R. Baihaqi dan Ibnu Syaibah).

Cerita ini merupakan bagian dari tawasul yang pernah dilakukan salah satu sahabat Nabi. Nama sahabat dalam matan hadis ini memang tidak disebutkan secara jelas. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kesahihan hadis. Artinya, hadis ini tetap sahih.

Fatimah Tabaruk di Kubur Hamzah Setiap Jumat
Tabaruk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring berarti keberkatan, keselamatan, kesentosaan. Namun, istilah tabaruk dalam hal ini lebih spesifik menyatakan suatu perbuatan mengharapkan keberkahan melalui ziarah, silaturahmi, dan mohon doa dari orang saleh, baik masih hidup maupun sudah wafat.

Perbuatan demikian pernah dilakukan oleh Fatimah, putri Nabi. Wanita yang mendapat julukan Az-Zahra (wanita suci) ini membiasakan diri ziarah ke makam Hamzah, paman nabi, setiap hari Jumat. Selain ziarah, dia juga salat dan menangis dekat makam kakeknya itu. Menurut Imam Hakim, hadis ini sahih.

Bilal Melakukan Salat Sunah Setiap Usai Bersuci
Bilal mencoba membiasakan salat setelah usai melakukan wudu. Fenomena ini terjadi memang pada saat Nabi masih hidup. Namun, secara pribadi Nabi tidak pernah menganjurkan salat tersebut. Akan tetapi, Nabi menghargai dan membenarkan kreatifitas sahabat yang terkenal dengan suara merdunya itu. Bahkan, gara-gara kreatifitasnya tersebut, Bilal dijanjikan masuk surga. Penjelasan ini dijelaskan dalam Shahih Bukhari (Bab Fadhl Thuhur bil Lail wan Nahar) dan Shahih Muslim (Bab Min Fadhail Bilal).

Abu Thalhah ‘Mengeramatkan’ Rambut Nabi
Cinta terhadap seseorang dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara. Termasuk cinta para sahabat terhadap nabi. Sampai-sampai rambutnya pun menjadi pujaan dan idola.
Inilah yang dilakukan Abu Thalhah. Nabi memerintahkan tukang cukur memotong rambut beliau. Setelah dipotong rambut bagian kanan, Nabi berikan untuk Abu Thalhah dan rambut bagian kiri dibagi-bagikan ke orang lain. Mengeramatkan sesuatu bukan berarti menduakan Allah. Selagi tidak meyakinkan bahwa benda yang dikeramatkan memiliki kekuatan, itu masih dibenarkan dalam agama.

Komentar