
Saat Nabi SAW bersama Shahabatnya
Sayyiduna Abu Bakar RA hijrah dari Mekkah dan masuk Kota Madinah, Anas RA yang
masih anak-anak bersama anak-anak Madinah lainnya ikut berlari-lari gembira di
tengah kerumunan penduduk Madinah, baik Anshor mau pun Muhajirin, yang
menyambut kedatangan Nabi SAW dengan haru biru dalam rasa mahabbah dan rindu.
Hadiah Untuk Nabi SAW
Kedatangan Rasulullah SAW ke
Madinah sangat menyenangkan hati kaum Anshor. Mereka pun secara bergantian
datang menemui Nabi SAW dengan memberikan aneka ragam hadiah sebagai "Romzul
Mahabbah" yaitu "Tanda Cinta".
Setelah semua kaum Anshor
mendapat giliran bertemu Nabi SAW, maka terakhir datanglah Al-Ghumaishoo RA
menemui Nabi SAW, sambil menuntun anaknya Anas RA yang berusia sepuluh
tahun
Al-Ghumaishoo RA berkata kepada
Nabi SAW : "Wahai Rasulullah, seluruh kaum Anshor telah datang menemuimu
dengan aneka ragam hadiah, sedang aku tak punya apa pun untuk kuberikan padamu
selain anakku ini. Maka ambil dan terimalah dia untuk melayanimu."
Dengan wajah cerah Rasulullah SAW
pun tersenyum hangat menerima Anas RA sebagai pelayannya. Nabi SAW mengusap
kepala Anas dan mendoakannya serta menempatkannya di sampingnya. Dan Anas RA
pun melayaninya dengan setia hingga wafatnya Nabi SAW.
Kasih Sayang Nabi SAW
Sayyidina Anas RA menceritakan bahwa selama
sepuluh tahun beliau melayani Rasulullah SAW, tak pernah sekali pun Nabi SAW
berkata kasar, membentak atau menghardiknya, apalagi memukul atau menyakitinya,
walau pun terkadang Anas RA lalai dalam tugasnya.
Salah satu kejadian yang
diceritakan Anas RA adalah tatkala suatu hari Rasulullah SAW menugaskannya
untuk suatu keperluan, maka berangkatlah Anas RA untuk menunaikan tugas
tersebut.
Namun di tengah jalan Anas RA
melihat teman-teman sebayanya sedang bermain, maka ia tertarik ikut
bermain. Lalu saat sedang asyik bermain, tiba-tiba Rasulullah SAW ada di
belakangnya dan memegangnya, sambil tersenyum Nabi SAW bertanya : "Wahai
Unais, sudahkan kau laksanakan tugas yang aku berikan ?"
Anas RA menjawab : "Sekarang
aku pergi dan laksanakan tugas itu Wahai Rasulullah." Anas RA pun
segera berlari menunaikan tugas, sementara Nabi SAW hanya tersenyum melihatnya
dari kejauhan.
Rasulullah SAW memanggil Anas RA
dengan sebutan "Unais" untuk menunjukkan cinta dan kasih sayangnya
serta kedekatan dirinya.
Do'a Nabi SAW untuk Sayyidina Anas RA
Salah satu Doa Nabi SAW untuk
Anas RA adalah :
"اللهم ارزقه مالا
وولدا ، وبارك له ."
"Ya Allah, karuniakanlah ia
harta dan anak, serta berkahilah baginya."
Allah SWT mengabulkan doa
Nabi-Nya, sehingga Anas RA menjadi ANSHOR yang terkaya hartanya dan terbanyak
anak dan cucunya, serta terpanjang umurnya dan paling banyak riwayat haditsnya.
Anas RA dikarunikan anak dan cucu
lebih dari seratus, dan dipanjangkan umur hingga 103 tahun. Dan beliau adalah
perawi hadits terbanyak setelah Abu Hurairah RA dan Abdullah ibnu Umar RA.
Jihad Sayyidina Anas RA
Anas RA tidak saja melayani Nabi
SAW di rumah dan majelisnya, tapi juga di semua kegiatannya, termasuk di Medan
Perang sekali pun.
Semenjak Anas RA menginjak
dewasa, beliau selalu setia mendampingi Nabi SAW dalam setiap misi jihadnya.
Beliau adalah pelayan Nabi SAW dalam suka dan duka, serta dalam tenang dan
perang.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW,
Anas RA tetap ikut dalam berbagai medan jihad, salah satunya
adalah Perang Penaklukan Kota Tustar di Khuzistan sebagai bagian penting
dari rentetan Perang Penaklukan Kekaisaran Persia di zaman Khalifah Umar ibnul
Khaththab RA.
Ujian
Dalam Perang Penaklukan Tustar, Anas
RA mengalami nasib tragis. Kala itu Tentara Persia berlindung di dalam Benteng
yang tinggi dan kokoh, sementara Tentara Islam mengepungnya dari luar Benteng.
Dari atas Benteng, Tentara Persia
menggunakan senjata Rantai Panjang yang di ujungnya dipasang Baja Berkait
yang tajam dan telah dipanaskan hingga merah membara. Lalu mereka
lemparkan ke tengah pasukan muslimin dan menariknya ke atas.
Beberapa Tentara Islam terkena
kaitan baja tersebut dan ditarik oleh musuh ke atas Benteng hingga terluka
parah, bahkan ada yang mati karenanya. Salah satu yang terkena Baja Berkait
yang panas dan merah membara itu adalah Anas RA.
Di saat-saat genting, tatkala
badan Anas RA terkena Baja Berkait dan ditarik oleh musuh dari atas Benteng,
maka saudara Anas RA yang bernama Al-Barro' ibnu Malik RA mengejar dan
menangkap badannya dengan sigap.
Al-Barro' RA sambil menahan
tarikan rantai panjang musuh yang menarik jasad saudaranya ke atas Benteng, ia
berusaha mati-matian mencabut Baja Berkait dari badan saudaranya
tersebut. Dia tidak peduli dengan rantai dan baja yang panas membara,
hingga tangannya hangus melepuh.
Dengan izin Allah SWT, akhirnya,
Al-Barro' RA berhasil melepas kaitan baja dari tubuh Anas RA, dan
menjauhkan Anas RA dari jangkauan musuh. Anas RA pun selamat dari maut
walau badannya terluka parah.
Sedang Al-Barro' RA setelah
menyelamatkan Anas RA, dan mengamankannya di barisan belakang, langsung maju
kembali melanjutkan pertempuran melawan musuh, walau dalam keadaan tangan
terluka parah.
Bagaimana nasib Al-Barro' RA
selanjutnya ? Insya Allah akan dipaparkan dalam Kisah Shahabat
berikutnya.
Akhir Hayat
Di akhir usianya, Anas RA sering
berkata kepada keluarga dan muridnya :
" إني لأرجو أن
ألقى رسول الله صلى الله عليه وسلم في يوم القيامة فأقول له : يا رسول الله هذا
خويدمك أنيس "
"Sesungguhnya aku sangat
berharap agar bertemu Rasulullah SAW di Hari Qiyamat, lalu aku katakan
kepadanya : Wahai Rasulullah, ini pelayan kecilmu Unais."
Saat menjelang ajal, Anas RA
meminta keluarganya terus mentalqinkan Kalimat Tauhid, ia terus mengikutinya
hingga wafat dalam ucapan :
" لا إله إلا
الله محمد رسول الله "
Saat pemakaman Anas RA,
keluarganya meletakkan Tongkat Kecil pemberian Nabi SAW disampingnya sesuai
Wasiat Anas RA semasa hidupnya.
Rodhiyallaahu 'an Anas wa 'an
Ummihi wa Akhiihi ....
Saya sangat mengagumi anas, pelayan rasul yang setia..
BalasHapus