
Namun, untuk mengingatkan sang tamu, kyai Abdul Hamid tidak
serta merta menyuruh orang tersebut mencopot, apalagi memaksa. Dengan lemah
lembut, beliau meminta gelang emas tersebut dari tamu. "Pak gelange kulo
suwun njiih (Pak, gelangnya saya minta ya)," kata Kiai Abdul Hamid.
Karena yang meminta adalah seorang tokoh ulama yang sangat
disegani, dengan gembira sang tamu pun memberikan gelang tersebut. "Monggo
Pak Kiai," sahut sang tamu.
Setelah diambil Kiai Hamid, ia kemudian memberikan kembali gelang
tersebut kepada si tamu, sambil berkata. "Pak, niki gelange kulo
hadiahaken kagem istri njenengan (Pak, ini gelangnya saya hadiahkan untuk istri
Anda,” tutur Kiai Hamid.
Dengan sedikit kebingungan karena pemberian yang ia berikan,
justru diberikan kembali, sang tamu pun bertanya. Pertanyaan tersebut dijawab
Kiai Hamid dengan penjelasan bahwa seorang lelaki dilarang untuk memakai gelang
emas.
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, sang tamu pun mau
menerima penjelasan tersebut dan tidak memakai gelang emasnya dengan senang
hati dan tanpa ada rasa dipaksa.
Begitulah akhlak seorang ulama, melarang tanpa harus menyakiti
yang bersangkutan. Lahu al-fatihah! (Ajie Najmuddin, disarikan dari Ceramah
Habib Muhammad bin Husein bin Anis Al-Habsyi Solo, pada pengajian Khotmil
Qur'an MWC NU LAWEYAN, Senin (13/3/2017) )
Komentar
Posting Komentar