
“Nanti kamu jadi ulama besar dan kaya
raya. Kamu masuk pondok saja. Berangkatlah tawakkaltu,” demikian nasihat Habib
Shaleh bin Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur
usai ‘meneliti’ kaki Seggaf bin Mahdi yang masih berusia 14 tahun.
Namun Seggaf muda masih ragu. Pasalnya
sejak kecil ia tak pernah mondok. “Kepala seperti mau pecah mendengar perintah
itu. Tapi saya pergi juga ke Pesantren Darul Hadits di Malang,” kenang Habib
Seggaf, panggilan akrab Habib Seggaf bin Mahdi bin Syaikh Abu Bakar.
Di depan pintu ponpes, Seggaf diterima
pendiri Darul Hadits, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih. “Kamu musti belajar
baca al-Quran,” kata Habib Abdul Qadir seraya memegang kuping Seggaf. Sontak,
sakit kepala dan keraguan Seggaf hilang. “Hati saya terbuka. Ini guru saya. Apa
pun yang terjadi, saya harus belajar di sini,” tekad Seggaf muda.
Seggaf pun menempuh pendidikan di sana
dengan cemerlang. “Saya menjadi santri hanya 2 tahun 7 bulan dan langsung
ngajar fiqh dan nahwu. Saya di sana 13 tahun,” kenangnya.
Sepulang dari Malang, Habib Seggaf
berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair selama 5 tahun dan i’tikaf di
Mekkah selama 5 tahun. Habib Seggaf juga memperdalam thariqah di Irak. Namun ia
harus kembali ke Tanah Air. Guru thariqahnya yang beraliran Syadziliyah,
merekomendasikannya belajar thariqah di Mranggen, Demak. “Karena thariqah
Syadziliyah agak sulit di Indonesia, maka saya disuruh ke Mranggen yang
beraliran Qadiriyyah. Syaikh Mushlih Mranggen itu guru thariqah saya,” ungkap Habib
Seggaf.
Habib Seggaf pun lantas kembali ke Dompu
mendirikan Ponpes Ar-Rahman. Tak lama berselang, Habib Seggaf pindah ke Parung
Bogor mendirikan Ponpes al-Ashriyyah Nurul Iman. Sebelum ke Parung, Habib
Seggaf mendirikan Ponpes Nurul Ulum di Kali Mas Madya, Surabaya, yang banyak
menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Afrika.
Sejak itu, undangan ceramah banyak datang
dari negara tetangga. Ratusan ribu massa selalu memadati majelisnya di
Singapura. “Bukan hanya orang Melayu dan Islam, orang Cina, India, Budha, Hindu
dan lain-lain, telah memenuhi stadion Singapura sejak sore,” ujarnya.
Kepandaiannya menguasai Qiraah Sab’ah
–bacaan al-Quran dengan riwayat tujuh imam- membuatnya ditunggu majelisnya di
Singapura. Namun kepandaiannya itu juga yang mengakibatkan Mufti Singapura
menuduhnya mengutak-atik bacaan al-Quran. “Saya dituduh merusak al-Quran.
Akibatnya ponpes saya di Surabaya disegel Depag dengan alasan takut bentrok
antara Indonesia dengan Singapura. Tanah seluas 5 ha di Sekupang Batam yang
diberi pemerintah juga ditarik kembali,” ungkapnya mengenang peristiwa di awal
1980-an itu.
Habib Seggaf pun pindah ke Jakarta. Di
Ibukota, Habib Seggaf menghidupkan majelis di Masjid Agung Bintaro. Krisis
sosial-politik pasca jatuhnya Soeharto pada 19 Juni 1998, membuat Habib Seggaf
memutuskan pindah ke Desa Warujaya, Parung, Bogor yang lebih tenang dibanding
Jakarta.
Ternyata, krisis ekonomi turut
menghancurkan masyarakat Desa Warujaya. Hal itu memicu Habib Seggaf
mengumpulkan anak-anak sekolah di rumahnya. “Sebelum sekolah, mereka makan nasi
ketan di rumah. Tiap anak saya kasih uang jajan Rp. 250. Dan tiap keluarga kita
bagi beras 5 kg,” katanya.
Pada 1999, datanglah seorang santri asal
Wonogiri, Solo, bernama Prawoto Suwito. Kedatangannya memberi spirit bagi Habib
Seggaf untuk mendirikan Ponpes al-Ashriyyah Nurul Iman. Kian lama ponpesnya
kian besar, hingga kini memiliki puluhan ribu santri. Selain beribadah dan
belajar, ponpes itu juga melatih santrinya bertani, daur ulang sampah dan membuat
roti.
Diakui Habib Seggaf, ikhtiar ekonomi para
santrinya belum cukup untuk menghidupi ponpes terbesar di Bogor itu. Karena
itulah, dia menerima beberapa dermawan mensedekahkan hartanya untuk kepentingan
ponpes. “Dua masjid itu sumbangan dari orang yang sama,” ungkap Habib Seggaf
menjelaskan asal-usul dua masjid besar di dalam ponpes. Satunya berkapasitas
5.000 orang untuk santri laki-laki dan sebuah lagi berkapasitas 3.000 orang
untuk santri perempuan.
Tak hanya itu, beberapa perkumpulan agama
non-Islam turut menyumbang konsumsi, tenaga pengajar, gedung olah raga dan
asrama. Jadi, jangan heran jika di depan masjid agung ponpes berdiri dojo
Taekwondo seluas 200 m2, sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young
Soo. “Guru Taekwondonya dari Korea. Kita juga memadukan zafin (tarian Arab)
dengan Taekwondo. Sekarang sedang dipatenkan di Korea Selatan,” jelasnya.
Ponpes itu juga memiliki gedung dua
lantai, dengan 24 ruang kelas, 2 ruang guru, 32 kamar mandi dan 20 toilet.
Pendidikan tsanawiyah, aliyah dan Universitas Habib Saggaf diselenggarakan di
situ. “Gedung ini sumbangan dari Yayasan Buddha Tzu Chi,” jelasnya.
Puluhan tempat bermukim para santri,
banyak yang berasal dari infaq orangtua santri. Bahkan salah satu diantaranya
adalah sumbangan dari organisasi keturunan India di Indonesia, Gandhi Sevaloka.
Hadirnya beberapa bangunan dari sumbangan
komunitas non-Muslim itu, menurut Habib, karena dirinya tak segan bergaul
dengan siapa pun. “Kadang beberapa pendeta tidur di sini untuk mempelajari
sistem ponpes ini,” akunya.
Habib Seggaf juga terus menanamkan
toleransi antar pemeluk agama di negeri ini. Karenanya, ia menyayangkan aksi
kekerasan sekelompok orang dengan mencatut Islam. “Akibatnya Islam dipandang
salah. Orang Islam dianggap ‘tukang makan orang’,” ujarnya lugas.
Selain itu, kata Habib Seggaf, rusaknya
citra Islam juga karena ajaran Islam disalahpahami. “Itu, orang-orang yang
ngaku mujahid. Mujahid apa itu, berontak di negara orang. Mereka bikin kacau
Indonesia. Kalau saya presiden, saya usir mereka. Saya tangkap dan saya suruh
tinggal di Arab. Jadi, jika kita ingin memperbaiki, jangan yang sudah rusak
dirusak lagi. Itu baru mujahid,” himbaunya.
Untuk itu, ia mengimbau kelompok yang
mengusung nama Islam agar menyelesaikan persoalan melalui mekanisme hukum. “Ini
Indonesia. Ada pemerintah, ada hukum, dan ada polisi. Mereka yang menjaga
keamanan. Jika tidak melalui jalur hukum, berarti ingin mendirikan negara dalam
negara. Tapi pemerintah juga salah, koq orang-orang kayak begitu dibiarkan.
Mereka itu bisa merusak Indonesia,” tandasnya.
Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman
didirikan 16 Juni 1998 menekankan kedisiplinan, maningkatakan kekuatan pribadi
dengan ilmu agama dan umum plus kecakapan hidup (life skills) berbasis
kompetensi. Pesantren ini memadukan sistem madrasah dan sekolah umum serta
pengajian kitab-kitab klasik.
Kata-kata Mutiara Habib Seggaf bin Mahdi
BSA
·
Jangan tunjukan
ilmumu di dalam tempat orang berilmu, nanti ketahuan
·
Fanatik itu bisa
merusak fakta sejarah. Fanatik harus berdasar ilmu yang benar
· Kalau kamu bisa
mengawinkan ilmu pengetahuan dengan al-Quran, kamu bisa jadi presiden
·
Ilmu itu meyakinkan
kita kepada kebesaran dan kekuasaan Allah Swt
· Ilmu kalau hanya
untuk kepentingan kamu saja, tidak untuk kepentingan orang banyak, itu ilmu
setan
· Salah yaitu berbuat
sesuatu di luar ilmu.
· Ilmu itu tergantung
hatimu, kalau kau buka lebar-lebar hatimu ilmu itu akan masuk.
· Ilmu itu perhiasan
hidup. Contoh hidup harus berilmu dan pengalaman.
· Ilmu pengetahuan kalau
mudharat harus ditinggalkan.
· Ilmu itu mulianya
kepada kamu kalau dihafal
· Ilmu pengetahuan
tidak akan bertambah kecuali dengan banyak membaca
· Ilmu suluk sudah ada
sejak dari dulu dan berlaku sampai sekarang (ilmu thariqah)
· Orang yang paling
mulia adalah orang yang punya ilmu dan bisa bekerja
· Munculnya ilmu
pengetahuan dari falsafah, Islam dari wahyu. Sehingga orang belajar al-Quran
dulu baru kemudian belajar falsafah
· Orang yang berjalan
di jalan Allah Swt., ilmu apapun ia akan dapatkan dengan ridha Allah Swt.
·
Ciri-ciri orang
Islam adalah berilmu pengetahuan dan percaya diri
·
Janganlah pernah
merasa malu dengan ilmu yang kamu miliki.
·
Iman itu harus
dengan cinta kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Untuk derajat dengan iman,
amal dan ilmu.
·
Beriman itu
sumbernya ikhlas. Sedangkan pokok kehidupan manusia kepada Allah Swt. adalah
iman, yang lain itu cabangnya.
·
Kalau orang sering
melihat ciptaan Allah Swt. maka akan bertambah keimanannya.
·
Iman lebih dulu
daripada Islam.
·
Barangsiapa beriman
kepada Allah Swt. dia tidak takut rugi dikurangi kebaikannya dan ditambah
dosanya.
·
Derajat iman orang
awam adalah iman dengan rasa.
·
Sumber iman adalah
Nabi Muhammad Saw. Karena itu syarat penempuhan iman harus ketemu Nabi Muhammad
Saw.
·
Iman itu selalu waspada
akan perintah dan larangan.
· Terwujudnya iman
yang sempurna apabila hati itu sudah mukhlis (ikhlas), syukur,dan tidak suka
membuka rahasia seseorang yang jelek bahkan selalu mendoakannya supaya orang
itu mendapat petunjuk.
· Jika basyariyah
hilang dari manusia, maka dia hilang imannya lalu menjadilah ia hayawan dalam
wujud manusia.
·
Iman itu di atas
yaqin dan percaya.
·
Iman itu pembenaran
secara murni, membenarkan yang benar (tasdhiq).
·
Iman baru diterima
apabila adanya kepercayaan hati. Sesuatu yang sudah dilihat tidak perlu iman,
yang diperlukan iman adalah sesuatu yang tidak terlihat. Karena itu apabila
orang sudah melihat hari kiamat iman mereka setelah melihat itu tidak diterima.
·
Hati itu hanya bisa
untuk satu masalah. Oleh karena itu kalau lisannya berdzikir tetapi hatinya
tidak, itu adalah paling rendahnya iman.
·
Tugas hamba itu
adalah menerima secara mutlak ikhlasul iman.
·
Kapan ada dosa?
Kalau niatnya tidak baik.
Shalawat Pohon Uang
Habib Seggaf bin Mahdi berpesan kepada
para murid dan jamaahnya untuk tidak meninggalkan shalawat kapanpun dan dimanapun
berada. Beliau juga sering mewasiatkan sebuah amalan sehari-hari kepada para
santri maupun tamu yang berkunjung ke rumahnya berupa “Shalawat Syajaratun
Nuqud” (shalawat pohon uang). Berikut ini adalah teks shalawat tersebut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحًمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحًمَّدٍ
Habib Seggaf bin Mahdi mengijazahkan
amalan shalawat tersebut untuk dibaca 400 kali setiap ba’da shalat Isya.
Menurut penuturan beliau, orang yang mengamalkan Shalawat Syajaratun Nuqud
insyaAllah akan senantiasa dimudahkan segala urusannya dan dilancarkan
rejekinya bagaikan mempunyai sebuah pohon uang di depan rumah.
Beliau juga tidak keberatan dan
mempersilakan siapapun untuk mengamalkan shalawat tersebut. Berikut adalah
video ceramah Habib Seggaf bin Mahdi di Jepara saat menyampaikan shalawat pohon
uang: https://youtu.be/BTUVltZ1EIg
Habib Seggaf bin Mahdi, Pendiri Pesantren
Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor itu wafat pada Jum’at, 12 November 2010
M/5 Dzhulhijjah 1431 H pada pukul 09.15 WIB. Beliau adalah tokoh ulama yang
diyakini berkaromah, berpenampilan kharismatik dan penuh wibawa, selalu
mengajarkan toleransi antar pemeluk agama. Senyum yang tak pernah lepas dari
bibirnya, membuat semua orang ingin dekat diakui sebagai muridnya. Semoga
sekilas pandang tentang seorang tokoh ulama Indonesia ini dapat menjadi
tauladan dan motivasi kita semua.
Komentar
Posting Komentar