Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid
yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah
masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah
SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak
gugup.
Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat
yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti
Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan
terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah
Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang
ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat
tersebut dan diterima di depan rumah Said.
"Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku." Said menjawab, "Adalah suatu kehormatan buatku."
Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.
Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?"
Zahid menjawab, "Apakah engkau pernah melihat aku berbohong."
Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, "Wahai ayah,
kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini. bukankah lebih disuruh masuk?". "Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya," kata ayahnya.
Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, "Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!" dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau
tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan
kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak."
Mendengar nama Rasul
disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya,
"Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?". Akhirnya Said berkata, "Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah."
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini".
Karena ingat firman
Allah dalam Al-Quran surat 24 : 51. "Sesungguhnya jawaban orang-orang
mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul
menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan
kami patuh/taat. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung".
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa
dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit
pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum
melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.
"Bagaimana Zahid?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid.
"Sudah ada persiapan?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid.
"Sudah ada persiapan?"
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa."
Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan
Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid
pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah
Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang
akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia
melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid
bertanya, "Ada apa ini?". Sahabat menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?". Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah kalau begitu
perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang
terbagus."
Para sahabat menasehatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?"
Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!"
Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, "Jika bapak-bapak, anak-anak,
suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik". (QS. 9:24).
Akhirnya Zahid (Aswad) maju
ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah
berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih
cantik daripada Zulfah."
Lalu Rasulullah membacakan Al-Quran
surat 3 : 169-170 dan 2:154). "Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang
hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum
menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS 3: 169-170).
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya". (QS. 2:154).
Pada saat itulah
para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, "Ya Allah,
alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa
mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."
Subhaanallah bagaimana Zahid dan Zulfah memperlihatkan apa yang datang
dari Allah dan Rasul-Nya lebih utama dari keinginan mereka. Sudahkah
kita mengutamakan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya? Semoga kita
termasuk orang-orang yang “Sami’naa wa atho’naa, kami dengar dan kami
ta’at!”. Insya Allah siap!
Komentar
Posting Komentar